Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Kesempatan

13 Mei 2014   23:17 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:32 42 0
pertama aku mengenalnya, dia bukanlah siapa-siapa. wajahnya memang cantik. aku yakin tidak ada satu orang pria pun yang meragukan penilaianku ini. jujur, sebagai seorang lelaki, satu hal yang pertamakali aku lihat dari seorang wanita itu adalah wajahnya. buat aku, fisik di atas hati. kalau ada pria yang bilang fisik tidak penting, hati nomor satu, percayalah kalau pria itu adalah pembohong besar.

aku masih ingat pertamakali aku bertemu dengannya. aku sedang berkumpul bersama dua orang temanku. lalu, seorang temanku yang lain datang dan membawanya ke hadapanku. di situlah aku dan dia berkenalan.

rambutnya panjang terurai. sedikit ikal di ujung rambutnya. senyumnya luar biasa manis. mungkin gigi kelincinya lah yang membuat hatiku saat itu jatuh kepadanya. tapi untuk sekedar bertanya nomer teleponnya saat itu tidak memungkinkan. karena dia itu pacar dari sahabatku.

dua tahun setelah kejadian malam hari itu. aku melihatnya lagi. tidak sengaja aku buka youtube. ia mempunyai akun yang isinya adalah video-videonya menyanyikan lagu-lagu dari musisi dalam dan luar negeri. videonya tidak banyak, cuma sekitar 85 video. aku hanya perlu waktu satu malam untuk melahap semua videonya. bukan masalah besar.

aku lalu mencoba menghubunginya lagi. sekedar bertanya apakah ia masih ingat dengan diriku yang kemudian aku lanjutkan untuk bertanya mengenai kabarnya. responnya cukup cepat. tidak ada hitungan minggu, pesanku itu dibalas. dia ternyata masih ingat siapa aku.

percakapan kami cukup intens. berawal dari kirim pesan, lalu bertukar nomor telepon, dan akhirnya, whatsapp dan LINE adalah penghubung kami. setiap malam, tepat jam 9 malam, aku selalu menghubunginya. sekedar untuk bicara hal-hal yang menurutku tidak penting untuk dibahas. tapi hal itu entah kenapa selalu membuatku tersenyum dan jantungku berdebar.

"aku sudah lama putus sama Bani.", ujarnya seperti memberiku kode.

"aku juga sudah lama tidak bertemu Bani. sejak mau lulus, aku sama dia sudah jarang nongkrong.", kataku seperti memberitahunya kalau aku sudah tidak sedekat itu dengan Bani.

aku, kamu. apa salahnya sekarang kata ganti orang pertamaku menjadi aku kamu? bukannya itu apa yang orang-orang yang biasa lakukan kalau mereka sudah dekat? aku memang sudah dekat dengan dia sekarang. apa melakukan hal itu salah?

aku mulai memberanikan diri untuk jalan berdua dengannya. seperti layaknya seorang perempuan, dia mencari-cari alasan untuk menolak ajakanku. tapi berkat manisnya rayuan yang keluar dari bibirku, alasan-alasannya seperti tidak berguna lagi.

beberapa kali aku dan dia menghabiskan waktu berdua. hanya untuk sekedar nonton, makan malam, cerita di atas bukit, melihat bintang, mengantarnya ke beberapa perusahaan rekaman sampai akhirnya ia sibuk dan tenggelam dalam dunia musiknya.

intensitas pertemuanku dengannya pun terganggu. tapi aku tidak bisa mengeluh tentang hal itu. siapa aku? menggenggam tangannya saja pun aku belum pernah. untuk apa aku mengeluh tentang kesibukannya itu?

aku dan dia yang biasanya dalam satu bulan bisa bertemu 6 sampai 8 kali, kini dengan kesibukannya segudang dan mempersiapkan album, katanya, bertemu 2 kali pun sudah waktu maksimal yang dia bisa berikan untuk sekedar bicara mengenai hal-hal tidak penting di dunia itu.

dalam setiap pertemuanku dengannya pun sudah tidak seperti dulu. senyumnya yang dulu selalu aku lihat, kini sudah jarang terlihat. kantung matanya pun mulai terlihat. matanya terlihat lebih sayu dari sebelumnya.

"aku capek kemarin rekaman sampai jam dua pagi.", itu alasannya.

rutinitasku dengannya pun hanya mengantar dan menjemput dia di studio rekaman. tapi aku tidak bisa mengeluh tentang hal itu. siapa aku? membelai rambutnya saja pun aku belum pernah. untuk apa aku mengeluh tentang kesibukannya itu?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun