Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

New Year is Set of Circumstance

27 Desember 2012   02:04 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:59 113 0

Tahun baru identik dengan suara terompet yang sengaja ditiup untuk menandakan pergantian tahun. Gegap gembita kemeriahan tahun baru hanya berlangsung sehari saja, selanjutnya suasananya mungkin tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Akantetapi yang membedakan tahun baru dengan tahun lalu adalah set of circumstance for doing something (pengaturan/ penetapan beberapa keadaan untuk melakukan sesuatu). Pengaturan/ penetapan di sini mungkin lebih tepat kita terjemahkan secara luas sebagai perencanaan.

Biasanya, diakhir—bahkan diawal tahun orang akan membuat perencanaan untuk berbagai aktivitas di tahun baru atau sepanjang tahun di masa depan, baik perencanaan jangka pendek maupun jangka panjang. Perencanaan-perencanaan ini sebenarnya mencerminkan pengaturan keadaan yang akan kita alami di masa mendatang. Keadaan yang dirasakan akan berbeda dari tahun sebelumnya. Ingat perencanaan apapun bentuknya akan berpengaruh pada perubahan keadaan.

Berbagai cara dilakukan seseorang untuk merubah keadaan, contoh orang yang semula memiliki income rendah berencana meningkatnya dengan melakukan serangkaian aktivitas yang dapat menunjang peningkatan income tersebut. Perencanaan adalah salah satu cara setting keadaan. Merencanakan pembukaan usaha baru misalnya, tentu kita akan berhadapan dengan situasi yang jelas berbeda dengan masa lalu. Biasanya kita menjadi pekerja yang selalu disuruh-suruh oleh majikan, sekarang kita harus mulai belajar mengatur/ menetapkan berbagai keputusan sendiri. Keputusan tersebut akan mencerminkan keadaan yang bakal kita hadapi. Keadaan ini tidak hanya menyenangkan tetapi juga ada yang menyedihkan, menyusahkan—penuh keragu-raguan, kegalauan, dan aneka macam suasana hati lainnya, yang pasti keadaan ini tidak pernah kita tebak sebelumnya. Contoh lain, ketika seseorang memutuskan untuk mengakhiri masa lajangnya, menuju jenjangpernikahan. Ini adalah suatu perubahan keadaan yang direncanakan, yang semula single, sekarang menjadi berpasangan, kondisi ini akan sangat berbeda. Dan perjalanannya membutuhkan perencanaan yang matang dan hati-hati supaya tidak terjadi kegagalan.

Tentu, semua perencanaan akan selalu diarahkan pada perbaikan kualitas kehidupan manusia. Tidak ada seorang manusia yang sengaja merencanakan kemunduran bagi dirinya sendiri. Walau secara insidentil ada saja orang yang sengaja merencanakan sesuatu yang nekat (bondo nekat/ bonek), demi meraih apa yang diinginkan tersebut, tetapi sekali lagi, tidak semua manusia melakukannya.

Pergantian tahun akan selalu diiringi pergantian rencana-rencana, manuver-manuver yang barangkali ditahun sebelumnya sudah dilakukan, tetapi belum berhasil, dan kemudian diaplikasikan kembali ditahun berikutnya. Tetapi jika belum berhasil juga, biasanya akan diganti dengan rencana baru, yang lebih matang karena berlandaskan pengalaman di masa lalu.

Seorang idealis tidak akan menyia-nyiakan gagasan (notion), khayalan (imajinasi), impian (dream), cita-cita (aspiration) yang ada di dalam dirinya terbuang percuma. Kesemuanya dapat menjadi motivator untuk merencanakan sesuatu dimasa mendatang. Itulah kenapa setiap orang ditahun yang baru identik dengan berbagai rencana di dalam otaknya. Membuat setting keadaan yang berbeda dari tahun sebelumnya. Kalau tahun ini monoton, mungkin di tahun depan diusahakan terjadi banyak variasi keadaan, sehingga tidak terjadi kebosanan dalam menjalani kehidupan.

Permasalahannya, kebanyakan terletak pada realisasi dari perencanaan itu sendiri, sering kita mendengar bahwa manusia merencanakan Tuhan juga yang menentukan. Oleh karena itu, tidak semua rencana sesuai dengan harapan kita. Kalau sudah demikian, kita tidak dapat berbuat apa-apa selain pasrah karena telah bekerja keras. Kita tidak dapat mempertahankan egoisme diri sendiri, yakinlah bahwa Tuhan pasti punya rencana lain yang kita sendiri tidak menyadari hal itu. Penyimpangan realisasi dari rencana itu sudah menjadi hal biasa, kalau kita menyikapi secara bijaksana. Kita tidak dapat mengabaikan keberadaan Tuhan sebagai bagian dari eksistensi-Nya sebagai sang Pencipta, pencipta dari berbagai kesempatan yang sengaja atau tidak sengaja kita rencanakan.

Berbagai rencana yang kita pikirkan ada yang terealisasi dan tidak terealisasi itu berkat kekuasaan Tuhan, bukan terjadi dengan tiba-tiba tanpa ada sang Maha Pengatur. Itulah kenapa kita tidak dapat mengabaikan eksistensi Tuhan dalam setiap langkah yang kita rencanakan. Pada akhirnya, yang dinilai bukan seberapa banyak rencana yang kita pikirkan, tetapi seberapa besar usaha kita untuk merealisasikannya. Dengan kata lain, usaha tanpa rencana itu akan berantakan (tidak terstruktur, dan tidak sistematis), rencana tanpa usaha sama dengan kesia-siaan. Lebih baik kita menyesal karena telah berbuat sesuatu daripada menyesal karena tidak berbuat apa-apa.

Peringatan jangan sampai rencana tersebut disisipi oleh keegoisan yang bakal membawa kita pada jurang kehancuran. Menghalalkan segala cara untuk meraih keinginan, passion yang terlalu besar. Intinya, segala sesuatu jika dilandaskan pada nafsu dunia, Allah akan mencerai beraikan urusannya. Alias berantakan.

Sekarang apa rencana anda di masa depan, tentukan mulai dari sekarang, jangan sampai berantakan karena tidak membuat perencanaan sebelumnya.Think twice!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun