Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Tradisi Mbesan Pengantin Pria Diantar Warga Sekampung

13 Mei 2023   16:12 Diperbarui: 13 Mei 2023   16:13 1884 5
Saya tinggal di Kota Semarang bagian selatan. Tepatnya di wilayah kelurahan Meteseh.  Di kampung ini banyak tradisi jawa yang masih dipertahankan hingga kini.  Salah satunya adalah tradisi Mbesan.  Yaitu mengantar mempelai laki-laki ke rumah mempelai wanita.

Dan..  Inilah ulasannya untuk anda.

Beberapa waktu yang lalu saya berkesempatan mengikuti sebuah acara pernikahan di kampung kami.  
Seseorang yang dikenal sebagai pengusaha dan tokoh masyarakat setempat menghelat acara pernikahan untuk putra laki-lakinya.
Persiapan sudah dilakukan beberapa sebelumnya. Dan hari itu adalah puncaknya.  

Sejak malam saudara-saudara dari berbagai kampung bahkan dari luar kota sudah mulai berdatangan.  Mereka membawa berbagai jenis keperluan untuk untuk acara keesokan harinya. Bahkan ada sebuah mobil yang sudah dihias sedemikian rupa untuk membawa oleh-oleh bagi keluarga pengantin perempuan.

Berbagai jenis makanan buatan sudah tertata rapi di dalam nampan dan ditutup plastik berenda cantik.  Ada jenang,  jadah, lapis,  lemper,  wajik,  klepon,  nagasari,  roti bolu,  roti kering,  berbagai macam buah-buahan,  minuman segar,  dan tak ketinggalan seperangkat alat sholat dan mahar berupa uang dan emas.  Ditata sangat rapi dan sudah siap diangkut pada keesokan harinya

Di dapur, celoteh para ibu yang memasak terdengar seru. Suaranya membahana sampai ke ruang depan,  karena maklum pengusaha dan saudaranya banyak,  jadi para ibu seperti mendapat  wadah untuk reunian.  

Di ruang tamu,  para sesepuh bermusyawarah untuk konsep acara besok.  Sementara yang muda-muda berada di beranda rumah,  ngopi,  menikmati camilan,  dan menata keperluan untuk acara gotongan.

Sebelum lanjut,  gotongan istilah untuk membawa barang bawaan dari pengantin pria.  Ini bisa berupa puluhan biji kelapa tua dalam satu pikulan.  Dan satu pikulan berisi berbagai alat keperluan rumah tangga. Seperti piring,  gelas,  sendok garpu,  panci dandang,  kompor gas,  sotil,  serok, sapu,  kemoceng,  radio,  tv,  rak piring,  dan sebagainya.

Pagi hari, sekitar pukul 6.00 para pengantar sudah mulai berdatangan dari berbagai pelosok kampung.  Sebelum acara dimulai semua yang hadir disediakan sarapan seadanya,  ada soto dan nasi rames.  

Lalu orang-orang bersiap dengan tugas masing-masing.  Ibu-ibu membawa nampan berisi makanan dan berbagai barang yang ringan.  Sementara barang-barang  yang berat diangkut menggunakan mobil hias yang sudah dipersiapkan.

Sementara itu seorang Kiai yang bertugas sebagai pembicara sudah datang,  lalu di luar rumah terdengar ledakan petasan yang baik di darat maupun di udara.  Ini dilakukan oleh para pemuda sebagai tanda bahwa acara mbesan akan segera dimulai.  

Karena lokasi pengantin wanita tak terlalu jauh,  maka proses pemberangkatan dilakukan dengan berjalan kaki.  Kecil besar tua muda kaki-laki perempuan dengan pakaian warna warni memenuhi jalanan.  Para pemakai jalan sempat terbengong sesaat melihat keadaan ini.  Maklum mereka warga perumahan yang di daerah aslinya mungkin tidak ada acara seperti ini.  

Sampai di lokasi acara,  semua orang masuk dan bersalaman dengan para penyambut tamu.  Lokasi acara yang yang sempit seperti tak bisa menampung rombongan besan sepenuhnya. Maklum yang datang ratusan orang dan yang menyambut juga ratusan orang.

Sementara itu barang-barang barang bawaan para ibu sudah diserahkan kepada pemerima.   Satu pikul kelapa tua sudah masuk, dan di luar tenda kehebohan terjadi.  Terdengar musik dangdut membahana di luar sana seseorang membawa pikulan dengan berat  ratusan kilo seorang diri.  Ia bahkan berjoget mengikuti alunan musik dangdut yang diputar. Di tabgan sang pemikul tergenggam setumpuk uang berbagai pecahan.  Ternyata selain ia memikul sendiri bawaan yang begitu berat,  sambil berjoget menuju tenda,  ia juga menerima saweran dari banyak kawan dan kerabat. Keren kan?

lalu proses acara dimulai.  Setelah pengantin pria diserahkan dan diterima segera diantar ke ruang ganti.  Dan beberapa saat kemudian keluar dari sasana menuju panggung pelaminan dan disusul dengan prosesi adat jawa seperti lempar sirih,  menginjak telur,  dulang-dulangan  dan sebagainya.  

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun