Saat sudah berkeluarga, ternyata membelikan baju baru untuk anak-anak tak bisa hanya saat lebaran saja. Apalagi di jaman modern seperti sekarang ini, banyak super mall bertebaran dan menyajikan berbagai macam pakaian jadi yang siap pakai.
Tapi meskipun demikian saya tetap membelikan baju baru untuk anak-anak di saat lebaran, sebagai kado tahunan buat mereka.
Biasanya saya membelikan pakaian untuk anak-anak masing-masing 2 setel. Sedangkan ibunya cukup satu setel. Sedangkan saya sendiri terkadang membeli, terkadang tidak. Sebab secara pribadi saya sudah mendapatkan pakaian baru dari dari toko tempat saya berbelanja. Bahkan semua orang yang saya jadikan langganan berbelanja memberi saya berbagai macam hadiah. Dari sarung, sprei, kaos, baju koko, bahkan uang tunai.
Saat membelikan pakaian lebaran, biasanya kami menggunakan kendaraan sendiri karena lebih ringkas, bisa pindah dari satu toko ke toko lain yang lokasinya saling berjauhan. Kami semua turun secara bersama-sama dan saling memberi masukan terhadap pilihan anak-anak.
Ada kejadian lucu ketika putri kami yang bungsu masih berusia 7 tahun. Saat itu kami. Sepakat untuk membelikan baju lebaran di salah mall terbesar di Semarang.
Di lantai dasar banyak digelar berbagai pakaian anak-anak dengan harga diskon dati celana jeans sampai rok panjang. Kedua kakaknya masing-masing sudah membawa kantong plastik berisi pakaian hasil pilihan mereka. Tinggal si bungsu yang belum mendapatkan baju seperti yang diinginkannya. Lazimnya anak perempuan, memilih baju berwarna cerah atau pink dengan kerudung warna senada.
Kakaknya melihat sebuah tumpukan kotak besar berisi pakaian anak perempuan. Dan kedua kakaknya membantu memilihkan.
Tetapi tenyata Putri bungsu saya sama sekali tidak berminat. Bahkan ketika salah seorang SPG mall mendatangi kami bermaksud membantu, putri kecil kami malah terlihat marah. Tak disangka ia mendorong kotak berisi pakaian hingga terbalik dan isinya berantakan. Sehingga membuat seisi mall heboh.
Untung mbak SPG nya tidak marah, kami membantunya membalikkan kotak seperti semula dan menata kembali pakaian yang berserakan.
Ternyata putri kami tidak menginginkan satu pun pakaian yang ada di kotak itu meskipun sebenarnya bagus-bagus. Ia hanya ingin celana jeans, kaos hitam, jaket, dan topi.
Terpaksa kami membelikannya karena hanya barang itu yang diinginkannya.
Di masa pandemi seperti sekarang ini, kami tetap membelikan pakaian baru untuk putri kami. Tapi tidak melalui datang ke mall karena di Semarang ada penerapan PKM (Pembatasan Kegiatan Masyarakat), melainkan melalui aplikasi pembelian online. Anak-anak yang memilih sendiri pakaian yange mereka inginkan. Dan kami sebagai orang tua yang mentransfer biaya pembeliannya..