Reaksi bayi berbeda-beda saat menerima sentuhan dari sebuah aksi gaib yang berada di luar dirinya. Ada yang biasa saja, ada pula uang bereaksi secara frontal dengan cara menangis tanpa henti.
Konon kekuatan bayi dalam menerima risiko sentuhan dari luar tergantung pada kekuatan batin orang tuanya.
Kata orang kuno, laku budi pekerti, makanan yang dimakan sehari-hari, serta dengan cara apa mendapatkan rejeki mempengaruhi kekebalan si bayi dalam menerima pengaruh gaib dari luar.
Orang yang mendapatkan rejeki dengan cara yang sah dan halal akan memiliki efek positif bagi perkembangan anak yang secara gaib merupakan pendukung bagi terciptanya kekebalan psikologis, tahan banting, dan mampu menghadapi marabahaya.
Harta yang didapat dengan cara yang tidak sah misalnya dengan cara menipu, mencuri, menggelapkan, mengurangi takaran dan timbangan, merampok, dan sebagainya menjadi lobang kelemahan bagi setiap orang untuk mendapatkan kerentanan secra psikologis, yang membuat seseorang daya tahannya lemah bahkan kelemahan ini akan menyasar pada raga para pelakunya.
Barang haram itu bisa dilihat dari materinya, dan mendapatkannya. Yang dalam Islam telah disebutkan dalam tahrimat atau barang-barang yang diharamkan meliputi bangkai, darah, daging anjing, daging babi, dan sembelihan atas nama bukan selain Allah. Juga termasuk di dalamnya harta dari hasil judi, mencuri, menipu dan sebagainya.
Bagaimana barang yang haram bisa berpengaruh pada kondisi psikologis si anak?
Analoginya begini, bila sebuah kolam kemasukan bangkai tikus, kita bisa membuangnya, membuang airnya, dan membersihkan kolam, lalu menggantinya dengan air yang bersih.
Tapi saat makanan masuk ke dalam perut ia akan menjadi daging, darah, dan mempengaruhi semua anggota badan sesuai karakteristik makanan.
Sebagai contoh seseorang yang terbiasa makan daging ular dan anjing. Maka ia akan tumbuh menjadi manusia Yang mudah emosional. Demikian juga perilaku jorok seekor babi akan menular kepada manusia yang memakannya.
Maka tak heran bila di kalangan manusia memilih menjadi vegetarian dengan tidak memakan makanan hewani karena selain ketidaksukaan membunuh hewan juga kekawatiran akan berpindahnya sifat hewan pada manusia.
Saat anak-anak sudah terbiasa memakan makanan yang haram, maka dalam tubuhnya akan timbul semacam senyawa organik yang mempengaruhi semua pola perilakunya. Ia akan tumbuh menjadi manusia lemah yang rentan tertular penyakit. Bahkan terkadang sejak kecil selalu sakit-sakitan dan tak mudah sembuh.
Kekuatan batin orang tua yang baik, Yang tumbuh dari makanan yang dimakannya akan menular pada anak, dan menjadi tameng dirinya saat menerima tekanan berupa apapun.
Seringkali orang tua tak menyadari bahwa al-walad shuratul walid. Anak adalah lukisan orang tua. Jadi saat melihat kebaikan anak maka akan terlihat kebaikan orang tuanya. Dan sebaliknya, kejahatan anak adalah kejahatan orang tua. Maka tak heran dalam masyarakat jawa ada peribahasa "anak polah bapa kepradhah" , saat anak berbuat, maka orang tua akan ikut menanggung akibatnya.
Apa yang ada di dunia ini semuanya memang diperuntukkan bagi manusia, tapi kita tetap punya kewenangan untuk memilih yang baik.
Kata orang tua memberi makanan yang halal bagi anak istri itu ibarat mengisi bahan bakar kendaraan sesuai dengan peruntukkannya. Misalnya dengan bensin, pertalite, atau solar.
Tapi memberi makan kepada keluarga dengan barang yang haram itu ibarat mencampurkan bahan bakar dengan air dan pasir. Tidak hanya membuat kendaraan macet, juga akan merusakkan mesinnya.
Konon bayi yang terkena sawan itu karena akumulasi makanan yang dimakannya sehingga menimbulkan reaksi spontan. Bisa dengan cara rewel dan menangis tanpa henti maupun mengalami kejang-kejang
Meskipun ada juga orang yang berpendapat bahwa anak kecil terkena sawan karena melanggar pantangan, misalnya saat maghrib masih berada di luar rumah, melihat iringan jenasah, melihat kecelakaan yang mengerikan di jalan dan sebagainya.
Percaya tidak percaya, hal semacam ini memang ada di sekitar kita.