Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money Pilihan

Bisnis Kuliner Itu Tak Asal Beda

16 Maret 2020   14:40 Diperbarui: 16 Maret 2020   14:43 133 9
Salah ciri khas produk  dibahas khusus dalam , diferensiasi yang dikembangkan oleh ahli bisnis dan ekonomi  Edward Chamberlin dalam buku Theory of Monopolistic Competition (1933)

Perhitungan-perhitungan secara detail dalam memilih bidang usaha kuliner memberikan efek secara berkelanjutan pada para pelanggan sehingga tercipta sebuah hubungan yang  loyal antara pengusaha dengan pelanggan.

Secara umum para pelanggan melihat perbedaan yang  menjadi  ciri khas sebuah produk sebagai daya tarik tersendiri.  Di mana ciri ini melekat menjadi semacam identitas bagi sebuah produk yang  dijadikan pelanggan saat memilih kuliner yang hendak dibeli.

Saat ini bisnis kuliner tampil menawan dengan berbagai etalase yang memikat.  Baik  jenis kuliner,  tempat,  fasilitas,  pelayanan,  kemasan,  harga,  bahan utama,  dan sebagainya.

Tapi pada dasarnya ada 3 hal utama yang  menjadi patokan para pelanggan untuk menikmati sebuah kuliner. Baik berdasarkan kebutuhan maupun keinginan.  

Pangsa pasar atau target penjualan juga menjadi hal penting yang perlu diperhatikan agar sebuah bisnis  kuliner tetap bisa eksis dan mampu bertahan bahkan mengembangkan sayap.

Saat sebuah bidang kuliner sudah melegenda,  maka pelanggan sudah tidak lagi memperhatikan soal harga.  Sebab rasa dan kenyamanan yang didapat saat menikmati sebuah kuliner,  menutup pertimbangan harga.  Berapapun harganya tetap dibayar oleh pelanggan.

Beberapa pelanggan memang mempertimbangkan harga makanan saat menikmati kuliner. Jadi tak ada salahnya bila kita hendak membuka usaha kuliner memperhatikan aspek ini. Riset terhadap harga makanan yang sama disekitar lokasi bisa menjadi pertimbangan saat kita hendak menetapkan harga suatu produk.

Kenyamanan saat menikmati kuliner juga seringkali menjadi pedoman para penikmat saat memilih kuliner.  Selain memperhatikan pelayanan, kebersihan, keberadaan sarana pendukung seperti toilet, jaringan wi-fi  gratis dan musholla juga patut diperhitungkan.

Akan tetapi usaha kuliner dalam bentuk rumah makan atau restoran  memang berbeda dengan model kaki lima.  

Sebab untuk pedagang kaki lima dengan konsep bongkar pasang lebih mudah dan membutuhkan biaya operasional lebih sedikit ketimbang membuka warung rumahan atau restoran.

Usaha kuliner kaki lima cukup mengandalkan kualitas dan harga makanan, serta pelayanan sudah memenuhi kriteria layak didatangi dan dicoba.  Untuk pedagang kuliner kaki lima juga tidak membutuhkan kelengkapan mushola,  jaringan wifi  atau toilet.

Lalu apa saja yang  patut diperhatikan saat hendak memulai usaha kuliner kaki lima?

1. Personality / Kepribadian

Jangan remehkan pelayanan ramah terhadap pelanggan. Muka masam dan cemberut saat melayani pelanggan akan menjadi bahan pertimbangan saat hendak pelanggan hendak kembali lagi.  Saya sering  mendengar pelanggan yang  curhat saat mendapat pelayanan kurang memuaskan dari sebuah warung kuliner sehingga ia tak mau lagi datang kembali.

Slogan "can you smail can you sell" tetap berlaku sampai kapanpun dan dalam bentuk penjualan produk apapun

2. Tetapkan Harga yang Wajar

Setiap pembeli selalu punya pedoman harga minimal dan harga maksimal untuk tiap makanan.  Jadi jangan menjual makanan terlalu murah atau terlalu mahal.  Kalau terlalu murah anda akan rugi karena tidak sesuai dengan ongkos produksi.  

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun