Akrab boleh, dekat juga boleh. Tapi kedekatan dan keakraban dengan teman perempuan lain tetap harus dibatasi. Sebatas teman atau rekanan bisnis.
Sebab ada batas pertemanan yang harus ditaati dan sama sekali tak boleh dilanggar.
Sebelum menikah, kita mungkin dekat dengan seorang perempuan. Bisa apa-apa bareng. Makan bareng, jalan-jalan bareng, bahkan melakukan kegiatan bareng, bahkan tanpa batas waktu.
Tapi setelah menikah kegiatan bersama seperti itu tetap harus menghormati norma yang berlaku. Kita tak boleh lagi bermesraan dengan perempuan lain dengan alasan sudah akrab.
Bukannya kita anti keakraban semacam itu, tapi hubungan pertemanan yang kebablasan bisa mengakibatkan cideranya sebuah hubungan perkawinan.
Selain teman kantor, kita juga punya teman-teman di masa lalu. Dari teman SMP, SMA, teman kuliah maupun teman yang kita dapat saat magang.
Seringkali orang-orang ingin menyatukan kembali hubungan masa lalu dalan sebuah group percakapan. Dan hal ini membuat sebuah pertemanan menjadi semacam kenangan yang terus dibangun seperti ingin diulang.
Apalagi kalau dalam anggota group ada mantan kekasih yang ikut nongkrong meramaikan percakapan. Jadi seru kan?
Akan tetapi yang perlu diingat bahwa jangan sampai keseruan dalam ruang cheating ini menjadi sumber petaka perkawinan.
Saya pernah menghadiri sebuah acara temu alumni SMA, dilaksanakan setelah 30 tahun sejak kelulusan. Ada yang masih tetap jomblo meskipun sudah ubanan. Ada yang sudah punya cucu karena tamat SMA langsung dinikahkan. Ada pula yang berbagai cerita tentang kehidupan. Bahagia dan mengalami masa depan suram.
Saya tak terlalu konsen melihat meriahnya acara, apalagi usia tua yang tak lagi bertenaga. Melihat berbagai bentuk tubuh yang waktu SMA sangat segar dan menggelora terlihat gemuk bahkan layu setelah 30 tahun tak bersua.
Yang membuat saya miris, teman-teman memang ada yang pacaran semasa SMA, bertemu saat usia sudah tua bahkan sudah berkeluarga seakan menjadi dorongan semangat mereka untuk kembali merenda cinta. Bahkan sepakat booking hotel untuk menginap bersama sebelum berpisah pulang ke rumah masing-masing.
Saya juga punya teman yang harus rela kehilangan istri pasca temu alumni SMA. Bertemu dengan kekasih lama, lalu tega meninggalkan keluarga dengan menggugat cerai suami di pengadilan agama.
Fenomena seperti itu memang sering terjadi. Ketemu teman sekolah seperti amnesia. Lupa kalau sudah berkeluarga. Sehingga nekad melakukan jalan pintas sebagai cara untuk membangun cinta.
Yang perlu disadari adalah buatlah pertemanan dengan batas yang wajar. Sebab masa lalu terkadang menggelincirkan manusia-manusia yang lemah iman. Mereka selalu berharap ada kesempatan untuk melampiaskan nafsu setan.
Kalau saya pribadi tetap memilih keluarga daripada teman, apalagi kekasih di masa lalu. Sebab membangun keluarga penuh perjuangan agar bertahan sampai sekarang.
Apalagi menjaga keutuhan rumah tangga seperti membawa barang berharga yang mudah pecah. Tergelincir sedikit saja akan membuat keluarga bubrah.
Biarlah kita dijauhi teman lama asal tak dicampakkan oleh keluarga, sebab komunikasi rumah tangga sangat diperlukan agar keluarga tetap langgeng sejahtera.