Saat masih berpacaran seakan dunia ini hanya milik berdua. Orang lain ngontrak. Begitu istilah yang muncul saat orang berpacaran.
Hati yang dibuai rindu setiap saat berbunga, menimbulkan gairah yang tak terkatakan. Jangankan sampai melihat wajah atau mendengar suaranya, melihat sandalnya di pelataran masjid pun hati sudah berdebar-debar.
Saat bertemu, kata-kata yang sudah tersusun rapi di kepala itu tiba-tiba sirna. Mengalahkan segala perasaan bahagia yang membuncah.
Sehari tak ketemu rasanya seperti seribu tahun berpisah (kayak umurnya sampai seribu tahun aja), wkwkwk.
Kalau jaman dulu, sebelum orang mengenal perangkat seluler, orang mengutarakan isi hati dengan surat. Saya masih menyimpannya dalam kotak khusus loh, yang sering kami baca dan bisa membuat kami tertawa bersama.
Lalu entah bagaimana awal mulanya, tiba-tiba hubungan itu terputus begitu saja. Seakan kedua belah fihak merasa tidak pernah melakukan apapun. Mengubur segala kenangan. Melupakan masa lalu dan hidup dengan cinta yang lain atau tetap menyendiri. Dan jadilah mereka mantan.
Kebencian menjadi sumber permasalahan.
Pokoknya putus hubungan. Peduli setan dengan semua kenangan. Intinya putus ya putus. Putus semua hubungan dan putus semua kenangan.
Mengapa harus membenci mantan?
Lupa ya kalau mantan pernah membuat kita bahagia. Bahunya yang kokoh pernah menjadi sandaran saat keadaan hati sedang goyah.
Menjadi pendengar yang baik saat mencurahkan isi hati, mengantar ke kampus, menemani saat makan malam, meskipun ia tidak lapar.
Bahkan rela menjemput ke kampus, yang jaraknya lebih jauh dari tempat tinggalmu dibanding jarak rumahmu dengan kampus?
Siapa yang membantu menyelesaikan skripsimu?
Siapa yang mengantar ke rumah sakit waktu ibumu sakit dan di rumah tidak ada siapapun?
Siapa yang membelamu saat kamu diganggu anak jalanan?
Siapa yang mengajakmu melihat tempat-tempat indah di muka bumi ini, dan membuatmu makin eksis di dunia maya?
Seharusnya kita memang tak perlu membenci mantan. Sebab mantan adalah orang yang mula-mula memperkenalkan kita pada sebuah dunia berdimensi lain bernama cinta.
Kita jadi faham cara mengolah perasaan agar tak mudah terluka, tapi bersiap tabah saat salah satu terluka.
Mantan Cinta, apalagi cinta pertama. Ia adalah guru segalanya. Berjuang mati-matian hanya untuk mendapatkan balasan sebuah perasaan. Bahkan rela berkorban apapun demi meraih arti kesetiaan.
Seharusnya kita tak perlu membenci mantan.
Kepintarannya membuat ilusi perasaaan membuat kita hidup dengan penuh harapan.
Bisa membayangkan kebahagiaan di masa depan walau hanya dengan sepiring nasi goreng atau menggenggam tangan di perjalanan.
Seharusnya kita tak perlu membenci mantan. Karena dia, kita mengerti arti sebuah pengorbanan. Ia abaikan urusannya yang lebih penting untuk kita, hanya bertujuan agar cinta kita tetap terjaga...
I Love you Mantan ...