Bondan Kaja tiba-tiba kejang. Mulutnya terpaku. Matanya melongo. Bondan Kaja seperti tidak percaya, bahwa dia sedang berhadapan dengan Panembahan Jati. Panembahan Jati yang ahli ngelmu tua itu ternyata masih muda. Bukan saja orangnya berpenampilan sederhana, tetapi juga  tinggal di perkampungan orang orang biasa. Sulit membayangkan Panembahan Jati dapat ditemukan identitasnya, soalnya sobat karibnya yang tinggal di Jejer Kauman saja, belum pernah berjumpa. Namun situasi gegar wacana itu tiba tiba pudar, gara gara senyum Panembahan Jati yang ramah. Setelah mereka bersalaman sambil berjalan Panembahan Jati bercerita panjang lebar. Bondan Kaja seperti kena magnit, mengikut saja arah Panembahan Jati menuju, sambil sesekali berbisik oh begitu, ya, oh dan oh.
KEMBALI KE ARTIKEL