Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan Artikel Utama

Beras Lebih Panas dari Blower!

31 Maret 2015   10:41 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:45 92 5
Ini bukan masalah beras yang lagi mahal, apalagi BBM yang baru naik lagi, walaupun jujur, untuk yang terakhir itu pengeluaran menjadi meningkat drastis, karena ikut kelas S3 (Setor Setiap Sabtu).

Tugas di luar kota menjadikan kegiatan akhir minggu kembali kepada keluarga, walaupun usia sudah mendekati masa purna tugas. Kenaikan BBM bukan saja, menyebabkan biaya tambahan untuk membayar ongkos menaikkan mobilke kapal Roro, juga menambah pengeluaran secara signifikan untuk biaya pembelian BBM. Ya. itu resiko sebagai penerima kebijakan yang harus diterima. Kegiatan yang untuk sebagian kawan-kawan dianggap sebagai member PJKA (Pulang Jum'at Kembali Ahad), itu memang Insya Allah menjadi rutinitas, seperti mengikuti kelas S3 (Setor Setiap Sabtu), bukan karena mengambil program Doktor hehe.

Kembali ke Beras.

Harga beras menjadi tidak terlalu terasa naik, karena mencoba untuk mengurangi konsumsi beras. Konon pada usia beginian, konsumsi beras yang tinggi karbohidrat itu, cenderung meningkatkan gula darah. Hal yang mungkin perlu dihindari. Hasil putar otak sambil berpikir melakukan penghematan dalam pengeluaran sehari-hari, adalah merubah menu makan haha. Makan pagi lontong pecel dengan minum air putih hangat. Air putih hangat, dicoba untuk menghangatkan perut yang kosong, sehingga asam lambung tidak naik. Lontong pecel, ya untuk mengurangi nasi dan membiasakan diri hidup hemat tentunya. Berusaha kalau makan siang baru makan nasi. Kalau tidak dengan soto daging, supaya masih mendapat asupan protein, sebagai salah satu sumber tenaga, kadang pilih menu pecel Madiun. Pecel Madiun masih ada sayur dan tahu tempe tentunya. Kalau ada jus wortel, jus sirsak atau nanti cari lotis (rujak atau buah dingin). Makan malam diusahakan tidak makan nasi. Lho, cerita berasnya mana, kok malah ke pilihan menu makan untuk mengurangi perut yang mulai lebih membusung dari dada haha.

Kembali ke Beras

Ini sebetulnya cerita gaptek atau kreativitas khas masyarakat Indonesia, nggak tahu juga mana yang betul. Masalahnya sebetulnya sederhana. Sewaktu menjemput Si Cantik Bungsu di Bandara, mencoba mengambil waktu jeda menunggu pesawat yang dinaiki Si Cantik Bungsu landing, sholat azhar dulu. Rasa rindu, bangga, bahagia berdentum dentum di dalam dada. Bagaimana tidak, Si Cantik Bungsu yang sewaktu diberlakukan UN pertama kali di saat kelas tiga SMP, tidak lulus UN, hanya karena ada satu mata pelajaran yang tidak lulus dan hanya kurang satu jawaban untuk bisa memperoleh angka minimal syarat kelulusan, ternyata bisa lulus ujian tesis S2, dengan nilai A. Sekarang dia pulang, kami menjemputnya di Bandara. Allahu Akbar Allah Maha Besar. Bagi yang berusaha dengan kuat dan sabar, berkah dan rejeki Allah SWT tiada batas. Si Cantik Bungsu tinggal menunggu wisuda dengan gelar Magister, gelar yang baru dapat didapatkan Bapaknya pada usia lebih dari 40 tahun. Lho cerita berasnya mana ?

Kembali ke Beras.

Pada saat mengambil air wudhu, pena yang biasa digunakan jatuh. Kebetulan mungkin ada problem di split, sehingga air agak menggenang, mungkin juga karena para pengambil air wudhu memutar kran air kuat-kuat, sehingga air agak banyak tertahan. Walaupun melihat pena basah, wudhu terus dilanjutkan, nanti saja selesai wudhu, pena baru diambil. Karena sayang, melihat pena basah, selesai ambil air wudhu, badanpun membungkuk untuk mengambil pena, yang basah tergenang air. Tanpa sadar, hp pun terjatuh, sampai terpisah, bagian muka, bagian belakang dan baterai tentunya. Ada orang baik yang tersenyum, lalu menganjurkan untuk mengeringkannya di blower. Kebetulan sebelah tempat wudhu ada toilet yang tersedia blower. Baru sebentar ditaruh di bawah blower, keringlah hp.

Belum puas, kemudian ambil lagi kartu, lalu masing-masing bagian, bagian muka, bagian belakang dan baterai, dipanaskan di blower, sampai kulit tangan pun tidak tahan menerima panas dari Blower. Kemudian mencoba lagi memasang sesuai tempatnya. Tidak ada reaksi. Akhirnya Istri membuka HPnya, bermaksud mengganti kartu, untuk mencek, apakah kartunya masih bisa digunakan. Namun saya berpikir, jangan sampai dua HP bermasalah, nanti susah kontak dengan Si Cantik Bungsu kalau sudah landing.

Malamnya, sambil bercerita panjang lebar dengan Si Cantik Bungsu, mengenai hari-hari H ujian tesisnya, Istri punya inisiatif untuk memasukan HP ke dalam beras. Sambil melanjutkan mendengar Si Cantik Bungsu menuturkan pengalamannya dengan penuh kebahagiaan tentunya, mencoba melakukan kontak di Si Sulung Ganteng, ternyata masih sibuk dengan kegiatan diklat kantornya. Kebetulan Si Sulung Ganteng juga sudah menjadi CPNS di salah satu Kabupaten baru, hasil pemekaran, namu sedang berada di Pekanbaru, walaupun menginap di rumah mertuanya. Namun sempat janjian untuk makan malam besuk di luar rumah. Si Cantik Bungsu ingin bermanja-manja dengan Abangnya, pengin ditraktir makan malam di restoran.

Sehari semalam setelah itu janjian itu, setelah kumpul berlima, bersama menantu, berundinglah mau makan malam di mana ? Akhirnya diputuskan ke rumah makan ayam penyet Semarang. Wah kena Semarang lagi. Soalnya siang tadi, sudah ke Pendowo Jogja. Sebelum berangkat, masjokomu iseng bertanya, coba cek hp itu. Masih bisa dipakai tidak ? Sambil bergegas Istri mengambil HP yang ditaruh di Beras. Si Sulung Gantheng dengan perlahan menerima HP tersebut, membukanya kembali, dan memasangnya lagi. Bismillah, ketika HP itu ditekan, simbol Nokiapun ke luar. Alhamdulillah. Ada yang masjokomu nggak habis pikir. Beras lebih panas dari Blower!

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun