Orientalisme, sebuah istilah yang terkait dengan kajian budaya dan agama Timur oleh para sarjana Barat, telah menjadi subjek kritik yang signifikan dalam diskusi akademis dan budaya. Kritik terhadap orientalisme tidak hanya terfokus pada metodologi dan epistemologi yang digunakan, namun juga pada konsekuensi politik dan budaya yang dihasilkan.
Orientalisme menggambarkan Timur sebagai objek pengkaji, dengan stereotip yang menggambarkan Timur sebagai masyarakat primitif, sensual, terbelakang, dan irasional. Hal ini memungkinkan Barat untuk mengidentifikasi diri mereka sebagai lawan dari karakteristik ini; sebagai dunia yang unggul, progresif, rasional, dan sipil.
Kritik terhadap orientalisisme juga menunjukkan bahwa pengetahuan yang dikembangkan oleh orientalis bukanlah pengetahuan yang obyektif, namun lebih sebagai pengetahuan yang dibuat oleh Barat untuk memperkuat kepentingan mereka. Mereka menggunakan pengetahuan ini untuk menguasai dan mengkolonisasi Timur, serta untuk mempertahankan kepentingan mereka di wilayah Timur.