Masih kuat dalam ingatan saya, masa di mana saya harus terburu-buru ke warnet (warung internet) untuk sekedar mengecek dan mengirim surat elektronik. Dengan tarif enam ribu per jam, saya harus berjuang untuk mendapatkan sebuah komputer yang kosong, mengingat peminat warnet cukup tinggi ketika itu. Dalam kurung 10 tahun, akhirnya bisnis warnet gulung tikar. Beberapa bertahan dengan mengubah konsep bisnisnya menjadi penyedia layanan game online yang cukup diminati kalangan remaja.
KEMBALI KE ARTIKEL