KSAL kemarin bertepatan dengan pameran Alutsista di dermaga Ujung Surabaya, yang dihadiri pula oleh Presiden RI telah mengumumkan bahwa kapal selam Rusia tersebut tidak diambil karena pertimbangan biaya perbaikan yang amat besar harus ditanggung RI, alasan ini pun bagi saya yang hanya seorang warga sipil pemerhati kemiliteran di Republik ini tidak masuk akal. Sebab pada kasus yang hampir sama di matra udara pemerintah RI berani mengambil tawaran hibah pesawat bekas pakai angkatan udara Amerika dan sekaligus menggelontorkan ongkos perbaikan dan upgrade pesawat yang nilainya juga tidak bisa dibilang kecil.
Pertanyaannya mengapa untuk angkatan laut pemerintah RI enggan menggelontorkan uang untuk biaya perbaikan dan upgrade kapal selam bekas milik armada utara Rusia itu, saya menduga bahwa faktor tekanan politik dari negara-negara tertentu di sekitar kita amat berperan hingga pemerintah RI menolak hibah kapal selam ini, negara-negara yang tidak ingin melihat TNI AL menjadi kekuatan regional yang disegani dan diperhitungkan.
Jika dugaan saya tersebut diatas benar adanya maka sungguh disayangkan itu bisa terjadi dan menimpa bangsa dan negara Indonesia, amat disayangkan pemerintahan kita begitu mudahnya ditekan oleh negara lain. Berkali-kali saya utarakan di berbagai tulisan saya di Kompasiana ini bahwa untuk urusan kedaulatan negara hendaknya jangan main-main dan harus diupayakan secara maksimal alias at all cost, negara dan bangsa yang besar ini tidak selayaknya takut dan tunduk pada tekanan asing.
Kepada keluarga besar militer Indonesia khususnya Angkatan Laut saya sampaikan duka yang mendalam atas batalnya pengadaan kapal selam kelas Kilo ini, tetapi percayalah bahwa banyak dari kalangan masyarakat sipil di Republik ini yang masih mempunyai mimpi bahwa suatu hari nanti Angkatan Laut RI menjadi angkatan laut yang diperhitungkan di kawasan, dan diperlengkapi dengan persenjataan yang benar-benar mampu melindungi tanah air Indonesia.
Dan kepada pemerintahan baru yang akan datang, percayalah kalian akan lebih dicintai rakyatmu apabila benar-benar mengutamakan kepentingan nasional dan tidak tunduk terhadap tekanan-tekanan pihak asing, sudah cukup pihak asing menang sehingga menang dan pemerintah RI akhirnya  "mengijinkan" freeport dan newmont menolak tidak mengekspor bahan mentah hasil tambang sesuai UU Minerba (alias diperbolehkan terus mengekspor hasil tambang mentah), cukup sudah, mari tunjukkan jati dirimu, sudahi dan akhiri ........