Fatih hanya termangu, memandang nanar ke arah bukit di pinggiran kota dari sebuah jendela kaca. Pemuda 34 tahun itu merelakan dirinya untuk bergabung dengan milisi yang menamai dirinya Syubbanul Wathan. Sebuah nama yang dihidupkan kembali untuk mengingatkan para pemuda akan semangat patriotik yang disemai oleh seorang ulama yang disegani pada zamannya, seabad lalu. Semangat yang kini tersisihkan oleh banyak kepentingan pragmatis berbagai kalangan.
Siapa yang menyangka, perseteruan bersenjata yang biasa disajikan dalam berita-berita di televisi beberapa tahun lalu, kini merambah ke negeri pemuda itu.
KEMBALI KE ARTIKEL