Syamsiyah juga mengaku bahwa sudah hampir lima tahun ia menjadi kader Posyandu, yakni tahun 2008 – 2013. Ibu satu anak ini tetap bersemangat menjalankan tugasnya sebagai kader Posyandu meskipun banyak warganya yang malas untuk datang ke Posyandu tempat ia mengabdi. “Para ibu seringkali malas dan enggan datang ke Posyandu karena lebih memilih bekerja di gundang atau sawah untuk mendapatkan uang demi mencukupi kebutuhan sehari-hari. Mereka lebih memilih uang daripada memperhatikan kesehatan. Tetapi meskipun demikian, saya tidak kapok untuk memberitahu dan mengajak mereka datang ke Posyandu. Pernah suami saya sampai mengeluh karena saya jarang istirahat sebab harus keliling mendatangi satu persatu rumah warga agar mereka mau datang ke Posyandu”, ungkap Syamsiyah.
Berkat ketelatenan Syamsiyah memberikan penjelasan kepada suaminya, akhirnya suaminya menyadari dan mendukungnya. “Suami saya bekerja menjadi buruh tani mas, kadang-kadang menarik becak juga. Saya jelaskan kepada suami bahwa tugas kader memang harus mengajak warga untuk aktif ke Posyandu”, jelasnya kepada Didik.
Ketika disinggung tentang imbalan yang ia dapatkan, Syamsiyah mengaku mendapatkan mendapat uang transport sebesar Rp. 50.000 setiap bulannya. “Sejak menjadi kader tahun 2008 sampai 2012, uang transport perbulannya sebesar Rp. 30.000, tetapi sejak tahun 2013 ada kenaikan menjadi Rp. 50.000 perbulan dan turunnya (dibayar, red) setiap tri wulan sekali mas. Saya berharap semoga Posyandu lebih maju sehingga kesehatan masyarakat lebih terjamin”, imbuh Syamsiyah. (Didik/JW. Jember)