Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Hujan Salju, Negeri di Atas Awan

3 Februari 2012   23:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:05 268 0
Alger-Hampir setengah bulan sudah kutinggalkan tanah air. Ada kerinduan yang amat sangat mendalam. Rindu kepada keluarga, istri, anak-anak dan kampung halaman serta kawan-kawan di sana. Namun niat ini sudah bulat. Bismillah, mimpi itu harus tercapai, harus terwujud walau dengan pengorbanan yang tak ringan. Dengan senantiasa berharap ridlo Allah dan pertolonganNya serta petunjukNya, saya bersimpuh untuk menegaskan kepasrahan diri ini hanya kepadaNya sembari berharap (roja') semua jalan untuk mewujudkan mimpi itu dibuka selebar-lebarnya dan kami bisa kembali lagi berkumpul dengan keluarga baik saat di negeri orang atau di tanah kelahiran.

Sore itu, sekitar pukul 13.00 waktu setempat, dengan ucapan bismillah dan assalamu'alikum aku melangkahkan kaki untuk pertama kalinya di negara yang mayoritas penduduknya, yakni 99 persen saudaraku kaum muslimin. Negeri yang sangat kaya-raya namun masih dipendam kekayaannya kerena disisakan untuk anak cucu nanti. Negeri yang tetangganya telah mengalami pergolakan politik cukup keras dan melelahkan dan negeri yang sejarahnya tak jauh beda dengan negeriku dalam masa perjuangan kemerdekaan.

Di negeri ini pula, nama pemimpin bangsaku yang pertama Bung Karno, dikenang bak mawar yang tak lekang zaman karena ketulusannya dalam membantu perang kemerdekaan. Dan negeri ini juga baru saja membuka dirinya dari isolasi atas gempuran kapitalisme dan neoliberalisme. Di negeri ini pula Thoriq bin Ziyad, salah satu tabiin dan panglima perang Islam yang gagah berani yang berhasil menaklukkan Kordoba (Spanyol) dibawah kerajaan Bezantium (Romawi) pernah tinggal sebelum melakukan penyerbuan dan akhirnya menjadikan Islam pertama kali tersebar di Eropa.

Setelah keluar dari Bandara Internasional Aljazair di Ibukota Alger, kami disuguhkan dengan pemandangan khas perancis dengan arsitektur bangunan yang mengelilingi jalanan kota Alger. Maklum, karena Aljazair memang bekas wilayah jajahan Perancis. Sekitar kurang lebih setengah jam kami  disuguhkan kota baru yang terkesan kuno tapi Indah, sampailah kami di Wisma Kedutaan Besar Aljazair di kawasan Menteng-nya Jakarta, yaitu daerah Hydra. Beberapa home staf dan lokal staf terlihat sudah siap menyambut kami. Lalu ramah tamah dan saling sapa dengan dubes baru RI untuk Aljazair pun digelar dengan hikmat namun penuh makna.

Dubes RI untuk Aljazair yang baru tiba, Ahmad Niam Salim langsung memerintahkan kepada staf untuk mengelar acara maulid nabi sampai tanggal 12 maulid. Kebetulan kami tiba di kota ini pas tanggal 1 maulid yang bertepatan dengan tanggal 24 Januari 2012. Acara dibaan dan srokalan pun kami gelar tiap malam bersama para staf dan WNI yang ada di Alger dan sekitarnya. Selain pembacaan lirik-lirik dan bait-bait pujian kepada Allah dan pembacaan salawat kepada Nabi Muhammad, sebagaimana yang ada dalam kitab barjanji yang kami bawa dari Indonesia, juga digelar acara ngaji bareng dan diakhiri makan malam bersama.

Antusiasme warga dan staf yang luar biasa dalam mensukseskan acara ini menjadi kebahagiaan dan obat tersendiri bagi saya untuk langsung kerasan dan betah tinggal di wilayah Afrika Utara yang berbatasan langsung dengan Spanyol ini. Suasana kekeluargaan yang sangat terasa dan hangat inilah yang menjadikan motivasi dan niat 'aku harus bisa' ini semakin terpacu untuk aku realisasikan. Sampai tibalah suatu malam, betapa rahmat Allah begitu murah dan luar biasa, dulu membayangkan saja tidak, dalam satu malam kami bisa bermain salju. Karena untuk melihat langsung salju dan bermain-main kita harus datang ke daerah yang bersalju.

Namun, di kota Alger, yang kebetulan saat kami datang sedang memasuki musim dingin, bahkan kalau malam hari pada puncaknya musim dingin suhu udara bisa sampai mencapai minus 1 derajat, Allah menunjukkan kekuasaannya dengan memperlihatkan indahnya hujan salju. Itu baru pengalaman pertama saya menikmati hujan salju secara langsung, karena selama ini hanya mendengar cerita atau nonton di televisi. Dingin memang, tapi indah. Alhamdulillah ya Allah. Aku lalu teringat istri dan anakku di sana, andai mereka ada di sini, mungkin mereka ikut bahagia dan senang menikmati kemurahan Allah ini.

Tiga hari ebelum hujan salju malam ini, Jumat (3/2/2012) Allah juga menganugerahkan kami dengan hujan es sebesar butiran jagung dan  kacang. Kami pun yang baru saja selesai melaksanakan pembacaan barjanji dan dibaai langsung keluar dan berfoto-foto untuk mensyukuri nikmatNya itu. Rupanya, fenomena ini memang tergolong jarang terjadi. Sebab, pada musim dingin sebelumnya di Kota Alger tidak sampai turun hujan es dan apalagi hujan salju. Namun untuk tahun ini, tepatnya awal tahun 2012 ini lain. "Ini sudah sepuluh tahun tidak hujan es dan hujan salju di kota Alger mas, ini luar biasa ini," kata salah seorang lokal staf yang sudah hampir 20 tahun bekerja di KBRI Alger.

Mendengar cerita sang kawan tadi itu, betapa rasa syukurku semakin bertambah dan bertambah. Alhamdulillah ya Allah. Betapa nikmatMu memang sangat besar. Sesuatu yang terlintas saja di fikiran kau realisasikan dalam kehidupan nyata kami. Dulu, saat saya pulang dari Lumajang menuju Jogja atau Pacitan, kalau lewat Malang, kami selalu mendapai daerah yang sering kami sebut 'Negeri di Atas Awan'. Daerah ini memang daerah pegunungan yang membelah kabupaten Malang dan Lumajang. Kawasan ini terletak di sebelah timur Gunung Semeru. Kami warga Lumajang sering menyebut daerah itu dengan 'Piket Nol' yang artinya titik nol, karena dari sisi ketinggian jalan di daerah itu paling tinggi, alias puncaknya.

Nah, saat kami melintasi kawasan piket nol ini di sore hari menjelang magrib, seringkali sudah berkabut dan kabutnya meyebar secara merata. Itu sebabnya pemandangan di daerah ini menjadi indah dan sejuk. Apalagi ditambah rimbunnya pepohonan yang berjajar rapi di sekijar jalan raya. Saat suasana seperti itulah, aku membayangkan daerah ini seperti Negeri di Atas Awan. Karena saat mobil kami melaju pelan menembus kabut yang mulai menebal, sebelah kiri kami ada jurang yang cukup dalam karena langsung menuju kawasan laut selatan. Itu sebabnya, jika kita tengok ke arah jurang, pemandangan indah dari puncak kawasan piket nol ini langsung menghadap laut selatan dengan semua keindahannya yang dibalut kabut awan itu. Saat itulah seringkali hati saya terbersit, jika Indonesia memiliki 4 musim seperti di eropa dan afrika utara, kawasan ini akan dipenuhi salju kalau pas musim dingin.

Namun bayangan, hayalan dan angan-angan saat itu sekarang menjadi kenyataan. Belum saya mengunjungi daerah puncak di Aljazair, Allah sudah memberikan saljunya. Subhanallah... Walhamdulillah ... Wallahu Akbar. Insyallah besok aku akan mengunjungi satu kawasan yang hampir mirip dengan piket nol di Aljazair, yang kabarnya sudah di penuhi Salju. Saya juga mendengar Dubes Malaysia sudah mengunjungi tempat ini dan berfoto-foto. Lalu fotonya di apload di facebooknya dan banyak mendapatkan komentar dari para koleganya yang kagum, ternyata di Aljazair juga ada kawasan bersalju .... Maha Suci Engkau Ya ALLAH ...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun