Publik kembali dibuat mengernyitkan dahi ketika mengetahui kabar lolosnya (hanya) dua nama calon ketua umum PSSI, Nurdin Halid dan Nirwan Dermawan Bakrie. Hal ini tentu saja akan menutup jalan calon ketua umum yang lain, seperti George Toisutta dan Arifin Panigoro, si pembuat Liga Primer Indonesia.
Saya sebenarnya sepakat dengan opini yang diciptakan media massa, bahwa PSSI dan sepak bola di Indonesia harus berubah menuju arah yang lebih baik. Tentu saja harapan itu tak layak kita sandangkan kepada Nurdin Halid yang memimpin PSSI tanpa prestasi selama dua periode.
Hanya, saya menjadi tidak setuju kalau pemimpin organisasi pamungkas sepak bola di Indonesia itu adalah George Toisutta. George Toisutta adalah TNI yang tidak pernah aktif di dunia sepak bola Indonesia. Sehingga bisa dikatakan dia tidak berpengalaman dan tidak berjasa di sepak bola Indonesia.
Lalu, dalil yang dikemukakan oleh tim banding George Toisutta adalah Jenderal TNI ini pernah menjadi pengurus PS/SSB Bara Siliwangi. Tapi coba cari di mesin pencari internet kata "PS/SSB Bara Siliwangi". Apa yang muncul? Tidak muncul berita/ keterangan apapun yang menjelaskan tentang keberadaan/ aktivitas PS/SSB Bara Siliwangi.
Lantas, masihkah kita menaruh harapan pada orang yang tidak berpengalaman di dunia sepak bola memimpin PSSI? Bukankah jejak rekam organisasi juga dibutuhkan? Bahkan (menurut saya) jejak rekam lebih penting daripada dukungan para pengusaha dan para petinggi TNI .