Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang bahan pembelajaran yang dapat dijadikan pedoman dalam melaksanakan aktrivitas belajar mengajar. Kurikulum bersifat dinamis sehingga mengalami perubahan sesuai dengan perkembangan zaman, IPTEK, sistem nilai, kultur, maupun kebutuhan peserta didik. Saat ini, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat pesat.Â
Peserta didik sudah mengenal beragam vitur aplikasi, dapat mengoperasionalkan HP, laptop, maupun komputer. Perubahan kurikulum sebagai upaya menjawab tantangan zaman agar peserta didik mampu bersaing di masa depan. Untuk menjawab tantangan tersebut, pemerintah meluncurkan "Kurikulum Merdeka".Â
Menurut Indrawati, dkk (Barlian et al., 2022) kurikulum merdeka merupakan kurikulum yang mencakup berbagai pembelajaran di kelas dengan mengoptimalkan topik tertentu sehingga siswa memiliki waktu yang cukup untuk mengeksplorasi konsep serta membangun kompetensi. Kurikulum merdeka dapat menumbuhkembangkan kemandirian dalam berpikir, bersikap, serta bertindak dalam membangun pengalaman belajar peserta didik.Â
Peserta didik memiliki karakteristik yang unik dan berbeda-beda. Asri Budiningsih (2017) menyatakan bahwa karakteristik didefinisikan sebagai latar belakang pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik termasuk kemampuan umum, ekspektasi terhadap pembelajaran, ciri-ciri jasmani dan emosional yang memberikan dampak terhadap keefektifan belajar.Â
Seorang pendidik perlu melakukan asessmen diagnostik untuk mengetahui kondisi awal peserta didik. Berdasarkan hasil asessmen diagnostik dapat diketahui kesiapan belajar, gaya belajar, serta minat peserta didik. Hasil dari analisis tersebut dapat digunakan guru dalam menentukan berbagai pendekatan, metode pembelajaran, media mapun bahan ajar.Â
Berdasarkan hasil asessmen diagnostik pada siswa kelas 4 SDN Airlangga I/198 Surabaya, diperoleh bahwa dari 32 siswa terdapat 4 siswa yang tergolong siswa berkebutuhan khusus. Kesiapan dan gaya belajar peserta didik juga beragam.Â
Ada 22 siswa dengan gaya belajar audio visual, serta 10 siswa dengan gaya belajar kinestetik. Berdasarkan hasil analisis tersebut maka dibutuhkan pembelajaran yang berdiferensiasi. Untuk siswa yang berkebutuhan khusus, dikelompokkan dengan siswa regular agar tercipta sosialisasi, rasa saling menghargai, dan kerja sama antar anggota kelompok.Â
Pembelajaran berdiferensiasi merupakan pembelajaran yang memberikan keleluasaan peserta didik untuk meningkatkan potensi dirinya sesuai dengan kesiapan belajar, minat, dan profil belajarnya. Menurut Tomlinson (2001), pembelajaran berdiferensiasi adalah usaha untuk menyesuaikan proses pembelajaran di kelas guna memenuhi kebutuhan belajar peserta didik.Â
Dalam menyiapkan media pembelajaran, saya menyiapkan media konkret (asli) serta Multi Media Pembelajaran Interaktif (MPI). Media konkret saya gunakan karena siswa kelas 4 SD masih dalam tahap belajar operasional konkret. Mereka masih membutuhkan media visual yang ada di sekitar mereka dalam mengkontruksi pengetahuannya. Multi Media Pembelajaran Interaktif (MPI) saya buat untuk mengakomodir kebutuhan belajar siswa yang sesuai perkembangan zamannya. Dalam MPI tersedia teks bacaan dan gambar terkait pembelajaran, audio, serta latihan soal yang dapat diakses oleh siswa melalui HP, laptop, tablet, maupun komputer.Â