Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Catatan Perjalanan Interfaith Youth Pilgrimage (1)

14 November 2013   14:41 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:11 90 0
Minggu, 10 Nopember 2013-Sejak pengumuman peserta yang lolos seleksi dalam acara Interfaith Youth Pilgrimage (IYP) Indonesia pada tanggal 18 September yang lalu, mendapati diri saya lolos, saya merasa sangat senang sekali akan bersempatan mengikuti acara yang sangat baik ini. Karena itu saya mempersiapkan diri jauh hari sebelumnya, serta memenuhi semua persyaratan yang diminta oleh panitia. Semua itu saya lakukan sebagai bagian dari kecintaan saya pada Indonesia. Saya ingin lebih banyak lagi belajar tentang keyakinan agama-agama di luar Islam, agar saya lebih bisa menghargai perbedaan dengan baik. Selama ini saya sangat miris sekali menyaksikan kekerasan berlatar agama. Rasanya sungguh terenyuh, bagaimana mungkin seseorang yang mengaku dirinya bertuhan, tetapi mereka suka berbuat kekerasan pada sesama manusia, bahkan kadang sampai membunuhnya.

Atas dasar semangat belajar yang tinggi, pukul lima pagi hari, saya berangkat dari Pesantren Luhur Al-Husna Surabaya, tempat tinggal saya, ke Bandara Juanda untuk terbang ke Bandara Adisutjipto Yogyakarta. Keberangkatan ke sana bagi saya sangat mengasyikkan, apalagi sebagai anak muda yang masih belum terbiasa naik pesawat. Banyak kesan yang memberi inspirasi dalam hidup. Sehingga mendorong diri lebih semangat lagi dalam belajar. Sesampainya di Bandara, saya dijemput oleh panitia menuju kantor Indonesian Corsortium for Religouse Studies (ICRS) di Universitas Gajah Madah (UGM) Yogyakarta. Di sana saya bersua dengan teman-teman baru, sekligus dapat mengenal ICRS melalui Visi dan Misi yang terpampang di dinding kantornya. Selesai dari sana, saya bersama teman-teman peserta yang sudah sampai di Yogyakarta, diantarkan lagi menuju Homestay UGM. Saya bersama teman-teman istrahat di sana, sambil lalu bersiap-siap untuk mengikuti acara Welcoming Dinner for Intefaith Youth Pilgrimage di Keraton Yogyalarta.

Bersama teman-teman yang lain saya berangkat ke sana naik bus yang sudah disediakan oleh panitia. Suasana malam di Kota Yogyakarta membuat diri saya merasa sangat tentram. Saya merasa sangat sejuk, serta mendapat banyak inspirasi dari perjalanan singkat menuju Keraton Yogyakarta. Termasuk pula saya dapat bernostalgia dengan kenangan masa lalu ketika setengah tahun yang lalu bersama teman-teman Akidah Filsafat UIN SunanAmpel Surabaya melakukan kunjungan ke sana. Sesampainya di tempat acara, saya merasakan kebahagian yang lebih mendalam. Dapat bersua dengan pemerintah Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan dengan teman-teman dari lintas agama seluruh Indonesia. Rasanya semakin berkesan kegiatan IYP ini.

Pembukaan acara dimulai, saya mengikuti dengan penuh semangat. MC membawa peserta yang hadir pada catatan penting pembukaan acara. Sambutan pertama disampaikan oleh Ketua Tim IYP, Elis Zuliati Anis, beliau menyampaikan maksud dari diadakannya IYP sebagai upaya membangun harmoni kebersamaan dalam perbedaan. Kegiatan ini diharapkan dapat membuka mindset pemuda Indonesia tentang realitas keragaman agama, sehingga mendorong kita semua agar dapat saling mengerti, bahwa perbedaan agama yang ada di Indonesia adalah kehendak Tuhan yang harus kita terima dengan lapang dada. Kemampuan kita membuka diri terhadap perbedaan, akan mendorong lahirnya sikap toleransi. Dengan demikian, kedamaian antara umat beragama dapat terwujud untuk terus merawat kebhinnekaan demi terjaganya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

Sambutan berikutnya disamapaikan oleh Direktur ICRS, Dr. Siti Syamsiyatun, dengan penuh semangat, beliau mengajak kita semua agar lebih menghargai perbedaan. Sekaligus memperkenalkan program Pasca Sarjana ICRS sebagai lemabaga pendidikan yang konsen memperbincangkan upaya membangun harmoni di tengah keberagaman. Pendidikan tinggi tentu menjadi tempat yang nyaman dalam mendialogkan perbedaan, sebab pada tempat tertentu memperbincangkan perbedaan mungkin menjadi sesuatu yang tabu, namun di ICRS para mahasiswa pasca sarjana diajarkan agar mampu membuka mindset melalui dialog antara agama. Kemampuan membuka diri itulah yang akan membuat kita semua dapat hidup damai tanpa memandang perbedaan sebagai penghalang merajut harmoni.

Sambutan terakhir disampaikan oleh Bapak Sulistyo, Sekretaris Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), beliau membacakan sambuatan yang ditulis oleh Gubernur, karena pada malam itu Gubernur DIY berhalangan hadir. Dalam sambutan itu, beliau juga mengajak kita agar memahami Indonesia yang penuh dengan ragam perbedaan. Sebagai contoh, beliau menyebut Kota Yogyakarta sebagai kota yang mampu mengelola perbedaan dengan baik. Di Yogyakarta perbedaan keagamaan mampu dijaga dengan baik, sehingga semua agama di Yogyakarta tetap eksis tanpa harus merasa saling curiga dan saling menyesatkan. Kenyataan ini mendorong banyak orang, baik dari luar dareah ataupun luar negeri merasa tertarik berkunjung ke Yogyakarta. Belum lagi Yogyakarta mampu menjaga tradisi dan kebudayaanya dengan baik. Wisata kuliener juga sangat banyak. Lengkap sudah bagi siapapun yang hendak berkunjung ke Yogyakarta suda pasti akan mendapatkan kepuasaan mendalam.

Selesai acara, saya bersama teman-teman yang lain, balik lagi ke Homestay UGM, sesampainya di sana saya tidak langsung tidur. Saya menikmati indahnya malam kota Yogyakarta bersama dengan teman-teman. Dalam suasana nongkrong sambil menikmati es teh, saya dengan teman-teman mendialogkan persoalan kekerasan antar umat beragama di daerah masing-masing. Waktu itu saya merasa benar-benar bahagia dapat bersua dengan teman-teman dari seluruh Indonesia dengan beragam latar belakang agama. Hendak menjadikan perbedaan sebagai upaya membangun harmoni kebersamaan yang utuh demi NKRI yang maju dan berkeadaban.

Karanganyar, 12 Nopember 2013

Masduri, Peserta Interfaith Youth Filgrimage (IYP) Indonesia, kelahiran Sumenep Madura Jawa Timur. Sedang Study di jurusan Teologi dan Filsafat Fakultas Ushuluddin Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun