Bermula dari pengalaman waktu sekolah SMA ikut gerak jalan Nganjuk - Sawahan 45 KM yang berjalur naik turun gunung. Setelah sampai ditempat finish kaki ini tidak dapat digerakkan, sehingga pulang harus naik becak dan sampai dirumah keesokan harinyapun tidak bisa berjalan karena kaki terasa sakit sekali bercampur kulit yeng mengelupas terkena gesekan sepatu perih dan panas, dan itu bisa berlangsung selama kurang lebih 3 hari, sungguh sesuatu yang menyiksa. Kemudian menginjak di kelas II ikut lomba gerak jalan lagi tapi kulihat ibuku sedang membawa sebatang tebu berwarna hitam keunguan dan daunnya pun berwarna ungu, waktu aku tanya katanya nanti malam dipake buat bobok(bhs. jawa) sekujur kaki kalo habis gerak jalan. Dalam hati aku juga nggak yakin nih, soalnya pengalaman tahun kemarin aja seperti itu rasanya, bener saja malam jam 12 sampai finish yang tempatnya di alun-alun kota, kemudian langsung pulang. Nah sampai dirumah ibuku sudah menyambutku dengan memegang batang2 tebu yang sudah dipotong2 sepanjang 10 cm, lalu tebu dipukul dengan palu agar airnya keluar, kemudian aku disuruh tidur dengan diusap2 batang tebu yang sudah keluar airnya tadi sampai tak terasa langsung ketiduran. Esok paginya .....wooooooooooww ternyata rasa sakit di kaki tidak ada sama sekali, langsung aja aku ngacir pergi keluar beli nasi pecel yang memang ditempatku pagi sudah mulai buka. Ternyata mujarab juga nih resep dari ibuku, nyesel juga kemarin sempat ngremehin ini resep yang ternyata sangat manjur sekali, di kaki terasa enteng. Pembaca sekalian tebu yang aku maksud tadi biasa dikenal juga dengan tebu wulung yang kalau dikampung banyak ditanam dihalaman rumah konon kata orang untuk tanaman tolak balak, batangnya berwarna ungu kehitaman demikian juga daunnya yang berwarna ungu juga, air tebunya tidak berasa manis sehingga gak perlu takut dikerubuti semut setelah mengoleskan dibagian tubuh yang capek. Berikut gambarnya:
KEMBALI KE ARTIKEL