Di waktu lampau, ketika aku masih seorang bocah ingusan, ibu sangat yakin bahwa, menjadi lebih baik adalah soal taqdir. "Kita hanya menjalani. Putus asa jangan sekali." Itulah kata yang sering diulangi ibu untuk menyemangati kami, anak-anaknya. Tetapi ibu menyampaikan kalimat itu di sela-sela cerita, dan datar-datar saja, tanpa sedikitpun penekanan dalam setiap kosa kata yang terucap.
KEMBALI KE ARTIKEL