Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Reuni Terakhir

9 April 2013   02:24 Diperbarui: 24 Juni 2015   15:29 256 1
Bip..bip... Sebuah email baru saja masuk ke HPku. Kulihat sekilas, email tersebut dari grup teman SMAku. Wah sepertinya sudah lama grup ini tidak aktif, ada apa gerangan? Segera kubuka isinya. Mengingat masa SMA, 15 tahun yang, masa yang begitu indah, penuh kenangan, dan mungkin tak akan pernah kulupa. Ini dia, ada undangan reuni, masih satu bulan lagi.

.

Ah reuni, acara yang sebenarnya sangat kubenci, namun sekaligus kurindukan. Umurku sudah 33 tahun. Tidak muda lagi, dan aku masih single. Reuni nanti pasti pertanyaan yang sama kembali terlontar dari obrolan-obrolan panjang kami. "Kapan nikah Bro?". Sulit sekali menjawabnya. Jawaban yang sebenarnya sangat jelas dalam hati, namun tidak mungkin kukatakan, dan akan sangat sulit untuk mengatakan jawaban lain untuk sekedar basa-basi. Yah, meski begitu aku akan datang. Aku harus datang.

.

Seperti tahun-tahun sebelumnya, begitu email undangan datang, aku langsung BB si Indah. Kenapa? Apalagi? Dia sama-sama jomblo, ga enak kali jomblo sendirian di acara reuni. "Ndah, dah terima email reuni belum?" "Baru juga gw mau BB lo. Nyari temen yak? he...he...". "Yoa, biasa ya ntar kita bareng." "Ok sip....." Nah, persiapan beres, lumayan ada temen jomblo.

.

Aku pun kembali teringat tahun lalu. Seperti biasa aku datang bareng si Indah, dan seperti biasa pula kami jadi bahan olok-olokan temen seangkatan. Dah tua gini, sama-sama jomblo, datang juga pasti bareng, dah jadian aja, kata temen-temen. Dan kami pun cuma bisa senyum-senyum sendiri.

.

Kami tidak tahu alasan masing-masing, kenapa sampai sekarang masih jomblo. Aku tidak pernah cerita ke Indah, dan Indah pun tidak pernah cerita, bahkan bertanya pun kami masing-masing tidak pernah. Mungkin Indah mengira aku gay, karena memang kami berteman cukup dekat dan dia tahu pasti aku tidak pernah pacaran. Beberapa kali dia meledekku ketika kami bercanda, namun aku hanya tertawa.

.

Akhirnya hari itu tiba juga, Minggu, tanggal 7 April 2013. Sekitar jam 7 aku berangkat ke rumah Indah di daerah Pondok Kelapa, setelah itu kami akan meluncur ke Puncak. Panitia acara sudah menyewa villa di sana untuk acara makan siang hingga sore hari. Aku sangat bersemangat untuk segera sampai. Acara tahunan yang kubenci namun sangat kurindukan.

.

Tak terasa jam sudah menunjukkan angka 10 ketika kami memasuki halaman villa. Sudah banyak mobil yang parkir di sana. Sambil berjalan perlahan mencari parkir, aku mengedarkan pandanganku ke mobil-mobil tersebut. Yup, di sana, sebelah kanan, mobil CRV hitam B 2784 TKJ parkir dengan gagahnya. Aku pun semakin bersemangat memarkir mobil, dan segera masuk menemui teman-temanku.

.

Begitu masuk ke Villa, kami disambut Alvin, si ketua panitia. Setelah basa basi sebentar aku pun segera mengedarkan pandangan ke sekeliling ruangan. Dan nun jauh di sudut sana, aku menemukannya, mudah sekali, wajah itu, tubuh itu, aku tak akan lupa, bagaimana bisa lupa kalau wajah itu seolah menghantuiku sejak pertama aku melihatnya, 18 tahun yang lalu.

.

Aku pun menyapa beberapa teman yang lain, sedikit mengobrol, dan sesekali melirik ke arahnya. Ah aku jadi lupa dengan si Indah, entahlah di mana dia sekarang, pasti sudah bersama Ibu-ibu yang lain. Satu-satunya wanita yang masih single di sini, sama seperti ku. Peduli amat, kembali aku menoleh ke arahnya, dan ah kali ini dia juga sedang melihat ke arahku, kemudian dia tersenyum. Ya Allah, senyum itu, senyum itu yang membiusku dalam tidur panjangku selama ini. Tidak ada yang kuinginkan selain melihat wajah tersenyumnya setiap saat.

.

Pelan-pelan aku bergeser hingga mendekatinya, hingga akhirnya aku pun cukup dekat untuk menyapanya. "Dimas, makin gendut aja lo kayaknya, he...he..." "Eh Pras, baru datang lo" Jangan berpikiran macam-macam dulu, jangan dikira aku gay. Aku hanya orang yang tahu sopan santun, tentunya akan tidak pantas kalau aku menyapa wanita cantik tanpa sebelumnya menyapa suaminya. Ya namanya Anggi, dan Dimas adalah suaminya, dua-duanya temanku.

.

"Iya Bro." "Gw belum terima undangan dari lo kayanya, jadi pastinya lo datang sama Indah kan? wkwkwkwk...." "He...he... ntar gw kirimin lagi kalau belum nyampe, he...he...." "Hi Nggi...." Dia pun tersenyum manis, sangat manis, dan kami pun mengobrol bersama beberapa teman lain yang ada di situ. Ya saat-saat seperti ini yang sangat kurindukan dari acara ini. Anggi, cinta pada pandangan pertamku, dan sepertinya yang terakhir, namun mungkin juga yang tertragis karena hanya aku dan Allah saja yang tahu.

.

Akhirnya acara tahunan yang indah ini pun berakhir, sudah jam 3, aku pamit pulang duluan, bukan apa-apa, soalnya Dimas dan Anggi pun sudah pulang setengah jam yang lalu karena harus buru-buru nganterin anak mereka, ada acara lomba-lomba di Mall Pondok Indah. Aku pun tidak ingin menghabiskan waktu lebih lama lagi di sini, buat apa?

.

Akhirnya selesai sudah. Saat datang aku begitu bersemangat, namun pulangnya, seperti biasa, kehampaan yang kurasakan. Indah beberapa kali mengajak ngobrol di mobil, aku pun hanya senyum-senyum dan menanggapi sepantasnya. Namun pikiranku seakan terbelah, melayang kembali ke Anggi dan kenangan-kenangan saat sembunyi-sembunyi mengawasinya, dulu sekali saat masih di SMA. Ah bodoh sekali, kenapa aku tidak pernah mengatakannya.

.

Tidak terasa kecepatan mobilku mencapai 140 km/jam, tol bogor jakarta masih sepi karena orang-orang belum padha pulang dari puncak. Aku berada di jalur paling kanan karena yakin tidak ada yang lebih cepat dari mobilku. Namun tiba-tiba dari belakang sebuah Toyota Camry hendak menyalipku, karena aku di jalur paling kanan, diapun mengambil sisi kiriku, dan begitu dia tepat di sisi kiri mobilku, terdengar bunyi ledakan, dan entah kenapa dia langsung berbelok ke kanan menabrakku. Dhuar!!!!!

.

Sepertinya waktu berhenti sesaat, dan tiba-tiba aku mendapati mobilku terbalik, darah ada dimana-mana, dan di sebelahku Indah merintih menahan sakit, dia masih sadar, namun seluruh tubuhnya penuh darah, dan sedetik kemudian aku pun tidak sadarkan diri.

.

Aku terbangun di sebuah ranjang, di rumah sakit. Sekujur tubuhku diperban. Ibu menungguiku di samping tempat tidur. Ah meski rasanya badanku sakit semua, namun aku lega ternyata masih hidup. Begitu aku terbangun Ibu memelukku. Aku pun teringat Indah. "Indah dimana Bu?" "Indah meninggal Pras." jawab Ibuku singkat. Kepalaku pun pusing, aku terdiam tidak bisa berkata-kata.

.

Selama di rumah sakit teman-teman datang menjengukku, termasuk Dimas dan Anggi. Senang rasanya bisa melihat senyumnya lagi, meskipun kegembiraanku tidak sepenuhnya, karena rasa bersalah atas kepergian Indah tidak bisa hilang begitu saja.

.

Seminggu kemudian aku pun boleh pulang. Bosan juga seminggu di rumah sakit. Sampai di rumah langsung kunyalakan Tabku. Seminggu tanpa kabar apapun rasanya sangat bosan. Pertama kali kucek FBku, banyak sekali ucapan belasungkawa dari teman-teman. Kemudian tidak lupa kubuka gmailku, ternyata sama, ucapan selamat memenuhi inboxku. Namun setelah beberapa halaman, ada yang membuatku tertegun. Di sana, ada email dari Indah, kira-kira 15 menit sebelum tabrakan terjadi. Kenapa harus email? Kenapa ga ngobrol langsung? Aku pun membukanya.

.

"Pras, ini sudah tahun ke 15 kita datang ke acara reuni bersama. Sama-sama jomblo, itu alasan kenapa kita bareng selama ini. Entah ga tahu perasaanmu, tapi aku menikmati saat-saat ini, saat-saat kita bersama. Mungkin ini saatnya aku harus jujur Pras. Selama ini aku mencintaimu, aku menunggumu Pras. Namun aku takut mengatakannya, karena aku takut begitu kau tahu kau malah akan menjauh dariku, padahal aku hanya ingin bersamamu Pras. Tapi ini sudah terlalu lama, jadi sepertinya ini saatnya. Aku harus katakan sekarang, apapun jawabanmu nantinya."

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun