Secara kultural, bom bukanlah produk asli budaya kita, dan patut jadi catatan bersama, masyarakat kita bukan tipikal orang yang suka "lempar batu sembunyi tangan", tanpa tanggung jawab yang jelas. Masyarakat kita adalah tipikal ksatria yang "berani berbuat & berani bertanggung jawab" --tentu perkecualian untuk yang tidak seperti itu.Siapa saja yang terlatih untuk merakit dan meledakkan bom, juga berapa banyak mereka, kita semua mungkin bisa menghitungnya. Jadi tidak perlulah kita memperpanjang teror bom ini sebagai bom teror, karena kita tahu siapa ahlinya.
Pada posisi ini, masyarakat (sebagian) mungkin merasa was-was dan gelisah dengan maraknya bom teror tersebut. Akan tetapi kita juga tahu bahwa tidak mungkin semua (masyarakat) mudah dikecoh dengan isu-isu yang tidak pasti dan memang targetnya menghadirkan ketidakpastian tersebut.Teror bom dan bom teror, anggap saja sebagai selingan hiburan saat kita bosan selalu menyaksikan sinetron yang menampilkan tokoh dan cerita "yang itu-itu saja". Atau sekadar selingan saat kita mulai muak dengan tumpang tindih kepentingan politik orang-orang yang sering abai dengan kaidah dan etika politik itu.
Lebih baik kita tetap dengan pilihan kita dan sungguh-sungguh menjalankan profesi tanpa harus menebar bom dan teror. Yang sekolah, sekolah saja. Yang kuliah, kuliah saja. Yang bekerja, bekerja saja yang suka kirim bom ya kirim saja. Dan yang senang menikmati dirinya sebagai korban, selamat menikmati untuk selalu dikorbankan.