Mohon tunggu...
KOMENTAR
Olahraga

Penyakit Kronis Tim APBD (2)

22 Januari 2012   20:12 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:33 706 0
Apakabar agan-agan pecinta sepak bola Indonesia.

Rasanya makin hari makin heboh saja dunia sepakbola kita. Heboh bukan karena prestasi tapi heboh karena sensasi. Kehebohan terakhir dibikin lagi-lagi oleh KPSI. KPSI yang ngakunya mau menyelamatkan Sepakbola padahal dia sendiri yang ngancurin dunia sepakbola Indonesia.

Baiklah tidak berpanjang lebar ke topik  yang lain, mari kita lanjutkan penulisan Penyakit Kronis Tim APBD.

Tim APBD atau dibilang tim yang membutuhkan dana operasional dari APBD. Atau bahasa yang lebih lugas lagi Tim APBD adalah tim pengemis dana APBD. Sayangnya,  walaupun tidak semua tetapi kenyataan menunjukkan bahwa Tim APBD kebanyakan dikelola secara amburadul. Dikatakan amburadul karena dana milyaran rupiah yang dikucurkan tidak disertai dengan pengelolaan yang baik.

Diambil dari Tempo Online, hasil temuan audit sebuah Auditor Internasional terhadap 16 Klub yang berlaga di Divisi Utama dan Liga Super tahun 2009-2010  menunjukkan fakta memprihatinkan.

http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2011/01/24/LU/mbm.20110124.LU135734.id.html

"Laporan keuangan mereka tidak memenuhi standar akuntansi, sekadar pakai program Microsoft Excel yang bisa dihapus dan diubah siapa saja sehingga kesahihannya diragukan. Laporan keuangan PSMS Medan dan Arema Indonesia masuk kategori ini."

"Dari 16 klub yang ditelisik, cuma empat kesebelasan yang berbadan hukum. Dari empat klub itu, cuma Arema dan Persebaya yang memiliki nomor pokok wajib pajak. Tidak mengherankan bila klub-klub sepak bola ini tidak pernah membayar pajak."

"Bahkan ada klub yang sudah berbadan hukum justru dibubarkan demi memperoleh dana APBD. Ini terjadi pada PT Delta Putra Sidoarjo-badan hukum Deltras Sidoarjo-yang dibubarkan tiga tahun lalu. Manajemen klub ini dikuasai oleh keluarga Vigit Waluyo."

Perkembangan terakhir, Vigit kini menjalani sidang pengadilan Tipikor Surabaya karena kasus dugaan korupsi peminjaman uang Rp 3 miliar dari PDAM Delta Tirta ke PS Deltras Sidoarjo.

Cekidot disini

http://www.beritajatim.com/detailnews.php/5/Olahraga/2011-12-30/122401/_Mantan_Bos_Deltras_Rugi_Rp_13,6_Miliar

Untuk menyelamatkan nasib PS Deltras Sidoarjo, mantan Bupati Win Hendarso menunjuk Vigit untuk mengelolanya. Vigit berhasil membawa PS Deltras dari divisi I hingga ke ISL. Saat Vigit menyampaikan kendala keuangan klub ke Win, yang notabene selaku ketua umum klub, akhirnya di depan para pejabat kabupaten, pejabat PDAM, perwakilan pemain dan supporter Deltras, Win menjanjikan bakal megucurkan dana yang diambil dari APBD.



Namun, hingga saat ini tak seperser pun Vigit menerima dana yang dijanjikan tersebut. Bahkan, harta milik pribadinya menjadi korban. Antara lain 2 rumah mewah di Nginden Surabaya dan Cimanuk serta 5 mobil yang terdiri dari berbagai merk, yaitu Alphard, APV, Mercy, Toyota Kijang, dan bus.

Kini Deltras diambil alih oleh group Bakrie

http://www.seputar-indonesia.com/edisicetak/content/view/403757/

Disinggung berapa nominal pembelian Deltras,Miftahudin enggan menyebutkan. Namun,dia tidak menampik jika investor diharuskan membayar tunggakan gaji pemain selama 10 bulan senilai sekitar Rp2,7 miliar,dan utang Deltras ke PDAM Sidoarjo sebesar Rp3 miliar.’’Ya,memang itu termasuk salah satu kesepakatan. Tunggakan gaji pemain harus dibayar investor baru nantinya,”ujarnya.

NB:

Terdapat artikel menarik pada link tempo.co bagian bawah :

Klub Persisam Putra Samarinda dari Kalimantan Timur adalah juara Divisi Utama Liga Indonesia musim kompetisi 2008/2009. Uniknya, sebagian besar kemenangan mereka diperoleh berkat gol dari titik penalti.

�Kita punya ambisi menang. Kalau main di kandang, semua klub pasti ingin menang dengan segala cara. Hadiah penalti adalah bagian dari sepak bola," kata Aspian Noor, Manajer Persisam.







  • 15 Pertandingan kandang
  • 20 hadiah penalti

  • 5 penalti gagal




KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun