Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Otak 'lendir' menumpulkan imajinasi?

24 November 2010   18:05 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:20 223 1

 

Dalam membuat sebuah karya dalam ranah fiksi, prosa, serta puisi, daya imajinasi sangat dibutuhkan. Tanpa daya imajinasi ini hasil karya itu seperti tanpa ‘ruh’. Mengembangkan daya imajinasi tidak semudah yang dibayangkan. Saya sendiri merasa sampai saat ini belum bisa mengembangkan kemampuan otak yang disebut daya imajinasi tersebut.

 

Dapat dikatakan untuk urusan ini, kemampuan saya nol pruthul alias tak bisa mengembangkan dengan baik daya imajinasi saya. Bagaimana tidak, kalau saya diberikan dua pilihan untuk menulis 1 tulisan ranah fiksi atau puisi dibandingkan dengan menulis 10 artikel berbentuk opini atau reportase, saya akan memilih pilihan kedua. Entah mengapa setiap kali saya ingin menulis suatu tullisan fiksi atau puisi, jari-jari ini enggan untuk menari diatas keyboard.

 

Dilain pihak, kadang saya iri dengan kemampuan kompasianer lain untuk berpuisi, berprosa maupun berfiksi ria. Dengan mudahnya mereka bisa berimajinasi ria dengan tulisan dalam ranah tersebut. Sampai kadang saya melihat ada kompasianers yang postingannya hanya berisi prosa dan puisi. Wow, hebat!

 

Dalam sejarah bergabungnya saya dengan kompasiana ini, tulisan fiksi yang saya hasilkan hanya 1. Walaupun mendapat klik sejumlah 300-an, saya percaya bahwa mereka tertipu judul. Kesimpulan ini saya dapatkan karena ternyata tidak ada satupun yang meninggalkan komentar. Baca artikel ini:

http://fiksi.kompasiana.com/prosa/2010/10/26/ciuman-maut-gadis-belanda-itu/

 

Sedikit buka rahasia, untuk menghasilkan sebuah tulisan diatas, waktu yang saya perlukan adalah 2 hari untuk menyelesaikan tulisan tersebut. Harus saya akui, gaya bahasanya juga masih sangat amburadul untuk sebuah artikel dalam ranah ini. Hal ini sangat kontras dengan tulisan dalam ranah opini. Dalam sehari jika memang waktu mendukung, terkadang saya bisa menulis sedikitnya tiga sampai lima artikel,

 

Nah, itulah mengapa saya berpendapat bahwa daya imajinasi saya ini memang nol pruthul. Saya tidak pandai mengolah huruf menjadi sesuatu tulisan yang enak dibaca dan bernuansa seni. Ini kontras dengan komentar yang diberikan kepada saya bahwa saya dengan mudahnya mengolah kata-kata. Memang saya harus belajar banyak untuk menulis dalam ranah ini. Saya sendiri kadang merenung,apakah karena terlalu banyak imajinasi saya dibidang ‘perlendiran’ sehingga otak saya tumpul untuk berimaji dengan hal hal yang lain? Entahlah, yang saya rasakan bahwa sangat sulit bagi saya untuk berimajinasi.

 

Dari penjelasan diatas, saya ambil sebuah benang merah bahwa mengembangkan imajinasi memang tidak mudah. Jika ada yang mengatakan fiksi di kompasiana ini isinya hanyalah sampah, saya sangat tidak setuju. Saya justru sangat menghargai hasil imajinasi anda yang tertuang dalam untaian kata-kata yang indah, kalimat kalimat yang kadang tak terduga, jalan cerita yang kadang alurnya tak bisa ditebak. Selamat berkarya kawan, asahlah kemampuanmu dalam sebuah imajinasi indah. Saya menikmati karya karyamu.

 

Mas Pink

Nijmegen, November 2010

Gambar: www.google.co.id

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun