Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Memberangus Korupsi? Diperlukan Komitmen Bersama

23 November 2010   21:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:21 162 0

Menjadi negara yang masuk negara lima besar tentu akan membuat rakyat bangga. Namun lain ceritanya jika masuk lima besar dalam urusan korupsi. Jujur sebagai rakyat Indonesia saya malu akan prestasi ini. Namun sepertinya hal ini sepertinya dianggap biasa-biasa saja oleh para petinggi kita. Bagi mereka prestasi lima besar itu justru membuat mereka bangga.

Bermacam macam alasan untuk membenarkan perilaku korupsi ini. Mulai dari warisan kolonial, sampai dengan banyaknya penduduk Indonesia. Kalau bicara masalah warisan koloni, saya kira sangat tidak masuk akal. Di negara Belanda ini, yang saya ketahui justru masyarakatnya sangat taat kepada pajak. Pajak di negara ini sangat tinggi. Bahkan pada taraf taraf tertentu, seseorang bisa membayar pajak 50% dari penghasilannya. Pengalaman saya, penduduk negara Belanda sangat taat membayar pajak walau pajaknya selangit.

Ada juga yang mempermasalahkan jumlah penduduk sebagai alasannya. Hal ini tentunya lebih tidak masuk akal. Belajar dari China yang penduduknya lebih lima kali lipat toh bisa sukses memberangus korupsi ini. Lalu sebenarnya akar permasalahan ini ada dimana?

Jika kita mau jujur, permasalahan korupsidi negara ini bagaikan lingkaran setan. Kita tidak tahu bagaimana cara memutus lingkaran tersebut. Namun sebenarnya permasalahan ini kembali kepada mentalitas bangsa kita. Mentalitas untuk memperkaya diri sendiri tanpa mempedulikan penderitaan orang lain inilah yang menjadi kunci maraknya korupsi, bahkan korupsi berjamaah di negara kita sudah dianggap jamak.

Tidak mudah memang untuk memberangus mentalitas tersebut. Namun tanpa usaha yang keras dan istiqomah, tentunya untuk lepas dalam jeratan lingkaran setan ini sangat sulit. Sebagai ilustrasi sederhana bisa dilihat disini. Dalam memilih pemimpinnya, rakyat kita justru terbuai dengan money politics yang dimainkan oleh para politikus. Kalau kita mau berkaca, harusnya kita peka, kalau seorang pemimpin yang membagi uang-uang untuk dipilih, tentunya ketika nanti menjabat akan mendaya gunakan kemampuannya untuk mengembalikan modal. Ini yang tidak disadari oleh rakyat. Justru bagi rakyat kita, siapa yang bisa memberikan itu yang akan dipilih. Padahal justru hal ini menjadikan boomerang.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun