Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Vetsin Itu Ada Dimana-mana

6 November 2010   04:12 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:49 1071 0


Vetsin / MSG / Moto adalah penyedap yang sering digunakan dalam masakan. Efeknya pada kesehatan? jangan ditanya. Sudah banyak penelitian mengenai bahayanya penggunaan Vetsin dalam makanan baik efek yang langsung ataupun jangka panjang. Disisi lain, penggunaan vetsin sudah merambah ke pelosok2 desa. Konon kabarnya, kalau dihitung, lebih banyak masyarakat Indonesia yang menggunakan daripada yang anti-vetsin. Nah bagaimana kalau 'vetsin' itu digunakan pada tulisan kita?

Untuk mengejar popularitas kadang secara sadar maupun tidak para Kompasianers memberi ‘vetsin' tulisannya dengan judul ataupun isinya dengan kalimat kalimat vulgar dan menggoda untuk mendapatkan rating yang tinggi. Namun disisi lain mereka kadang mengabaikan kualitas kontens tulisan itu sendiri.

Saya akui saya masih junior dalam hal tulis menulis dibandingkan rekan rekan kompasianers lain. Bagaimana tidak? saya bergabung disini belum genap sebulan. Saya-pun baru mengenal kompasiana melalui aplikasi kompas yang disediakan provider "Blackberry", sehingga sayapun tidak menyadari kalau kompasiana sudah berdiri dua tahun yang lalu (kemana aja lo?). Untuk itulah saya haus untuk belajar dari para kompasianers lain, terutama kompasianers senior. Banyak ilmu yang saya dapatkan dari tulisan mereka.

Dari pengamatan saya sebagai pemula, ternyata tulisan yang mempunyai rating tinggi sering kali ditambah dengan 'vetsin' yang berupa judul judul vulgar dan menggoda dan tidak sedikit  'vetsin' itu ditebar pada isi tulisan itu (bagian konten). Dilain pihak ini menjadikan kualitas artikel yang ditulis kurang berisi dan sebagus para kompasianers lain yang notabene tidak memberikan 'vetsin' pada tulisannya alias memberikan judul seadanya namun disertai opini dan referensi yang aktual, tajam dan terpercaya (ini bukan iklan sebuah acara di televisi).

Menurut saya hal ini wajar adanya. Artikel juga butuh ilmu marketing. Perlu kemasan yang bagus walau isinya biasa biasa saja. Namun disisi lain, kualitas jangan sampai diabaikan. Sebagai manusia biasa, kadang saya juga tergelitik dengan judul judul tersebut. Akan tetapi jujur saya harus menelan pil pahit ‘kecewa' dengan isinya. Judul tak sesuai isi. Harus dipahami juga bahwa selain kemasan yang bagus, kualitas sangat perlu dipertahankan.

Saya jadi teringat diskusi saya dengan seorang rekan. Dia mengemukakan bahwa menjual hal hal seperti itu juga penting. Para penulispun berharap Ide idenya dibaca banyak orang. Bagaimana caranya agar idenya dibaca banyak orang? Solusinya adalah marketing dengan memberikan judul yang menggoda dan menggelitik tentunya. Dan tentunya memberikan 'vetsin' pada tulisannya...

Hal hal yang seperti ini menurut saya tak lebih seperti politik pencitraan yang diterapkan oleh seorang penguasa negeri BBM di masa antah berantah (bolehlah saya sebut seperti itu). Beliau menerapkan kebijakan dimana pencitraan beliau jauh lebih penting daripada kinerja itu sendiri. Sehingga apa lacur, rakyat yang mulai melek politik ini tidak lagi bisa dibohongi dengan hal hal seperti itu. Rakyat butuh solusi, bukan lagi pencitraan. Sepuluh juta warga Jakarta ingin sampai rumah tepat waktu dan tak terjebak macet yang konon parah sekali. Warga Mentawai butuh pertolongan bukan sekdar imej imej tak penting. Penduduk sekitar Merapi butuh solusi, bukan slogan slogan semata.

Kembali lagi pada masalah penulisan. Jika tulisan tulisan anda hanya mengedepankan sisi marketing dan pencitraan dengan menggunakan 'vetsin' (cara yang cepat dan murah), jangan harap para kompasianers beserta fans fans kompasiana yang sudah mulai pintar memilah ini akan membaca artikel anda di kemudian hari. Kita butuh kualitas, bukan logika logika yang anda masturbasikan. Kita butuh kontens yang bisa memuaskan dahaga akan tulisan berkualitas bukan hanya judul yang fantastis. Dan kita butuh tulisan yang mampu memberikan pencerahan bukan sekedar marketing tulisan seperti yang dilakukan penguasa negeri BBM itu. Jangan menghalalkan segala cara atas nama "marketing" atupun "pencitraan"

Semoga tulisan ini menjadikan refleksi diri bagi para Kompasianers yang hanya ingin mendongkrak rating tanpa berusaha menelurkan sebuah tulisan yang berkualitas. Saya juga berharap tulisan ini sebagai pemicu saya dan rekan rekan lain yang merasa menjadi seorang junior di komunitas Kompasiana ini untuk memberikan yang terbaik bagi Kompasianers dan fans-fansnya.

Nijmegen, Oktober 2010

Mas Pink

Disclaimer: Tulisan ini tidak bermaksud menyerang salah satu golongan, tidak pula bermaksud menyindir baik individu maupun perorangan. Tulisan ini hanya bermaksud memberikan pencerahan bagi diri yang bebal akan adanya sebuah "pencerahan" dan sebagai media untuk saling belajar dari kesalahan baik penulis maupun yang orang lain lakukan. Salam Kompasiana :). Jika anda tertipu dengan Judul artikel ini, maka anda termasuk dalam golongan orang orang yang mudah tertipu dengan judul (Seperti saya) he.. he .. dan itu saya anggap normal, karena kita adalah manusia biasa yang kadang memandang isi dari kemasannya. Yang kadang juga tertipu oleh 'penyedap' daripada menyadari efek jangka panjangnya. So, don't judge a book by its cover... I Love you Full :)

Gambar: www.google.com

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun