Masalah sampah, kadang memusingkan kita. Ingginnyamemilah sampah dengan benar seperti orang Jepang, sampah organik sendiri, sampah anorganik sendiri,sampah B3 (bahan berbahaya dan beracun) sendiri.Di kantorku yang dulu, aku memulai untuk memilah sampah secara ideal seperti di atas. Tapi pas bagian petugas sampah mengangkut, dicampurlah semua sampah yang sudah dipilah.Wah, rasanya sediiiiiih banget,petugas sampah kok begitu. Apa tidak dididik untuk memilah sampah? Percuma kalau dari kita sudah berusaha bagus, sampai petugas malah berantakan lagi.
Sekarang dari pada memilah dan diserahkan ke petugas sampah hasilnya mengecewakan, akhirnya sayapakai strategi ‘nol sampah’ atau paling tidak‘mengurangi produksi sampah’. Ini sesuaidengan semangat Reduce padaGo green :Reduce, Reuse, Recycle, Replant.Karena sampah yang ada tidak banyak maka tidak repot mengurusnya. Dan saya akui ini lebih mudah karena sampahnya kan sedikit. Bagaikan mencegah lebih baik daripada mengobati.Ini saya pikir cocok sekali bagi anda yang tak punya waktu khusus untuk menangani sampah sendiri.
Beberapa hal untuk mengurangi produksi sampah ini antara lain:
1.Mengurangisampah plastik kresek. Tiap belanja saya membawa tas belanja sendiri di dalamnya sudah ada berapa kotak plastik. Kalau di luar negeri ada program yang mirip ini namanya program Bring Your Own Bag.Di Singapura katanya sudah diterapkan, meskipun tidak tiap hari. Wah kalau tiap hari bisa kita hitung berapa penghematan kantong kresek dari penjual yang urung jadi sampah.
2.Mengurangi plastik putih pembungkus apa saja. Plastik putih ini biasa kita dapat tiap kita belanja apa saja, sebutlah beli udang, beli ikan, beli daging, beli telur, beli bawang, brambang, kelapa parut, tahu, dsb. Semua barang itu pasti dibungkus plastik putih tipis. Karena saya sudah membawa kotak plastik sendiri dari rumah, maka ketika membeli udang/belut/ikan, begitu penjual selesai membersihkan udang/ikan/belut langsungmemasukkan udang itu ke kotak yang telah saya siapkan itu. Nah, sampai di rumah kotak yang isinya tidak dimasak sekarang, langsung masuk kulkas.Praktis, kan? Tidak perlu mengganti tempat. Kalau pakai plastik putih pemberian penjual, kan harus menggantinya di wadah supaya di kulkas tampak rapi. Kalau tidak diganti wadah, langsung masuk kulkas, selain tidak rapi juga saat akan mengambilplastik kadang masih lengket dengan kultas dan ketika ditarik jadi ada kotoran karena plastik sobek. Kultas kotor/isi ada yang menempel, jadi tambah kerjaan. Ini tidak praktis bagi saya. Demikian juga untuk tahu, klapa parut dsb.Memang kadang di pasarada beberapa sayuran sudah dibungkus dengan plastik putih tanpa kita minta karena sebelum pergi ke pasar sepertinya penjual sudah mengemas di rumah, jadi memudahkan penjual bila pembelinya banyak, tidak usah menimbang dipasar. Seperti buncsi. Sayuran inibiasanya oleh penjual sudah dikemas per plastik 1/2 kg atau 1 kg. Jadi beli langsung ambil bungkusan buncis yang telah terbungkus itu.Sampai di rumah, bila buncis ini langsung dimasak, plastik tidak dibuang, tapi disimpan. Besok-besoknya saya bawa bekas plastik buncis itu ke pasar untuk mewadahisayuran entah itu wortel/brokoli atau apapun yang bisa dibungkus. Demikian juga bumbu,misalnya kemiri , mrica dsb di pasar sudah dikemas plastik.Untuk yang seperti ini memang sulit dihindari, jadi produksi sampah memang tetap ada, tapi paling tidak, apa yang saya lakukan menurut saya sudah sangat mengurangi.Oya saya tidak terbiasa belanja sekaligus, karena waktu yang mepet lebih baik belanja cuma untuk 2 hari. Jadi membawa wadah/kotak plastik tidak usah terlalu banyak, cukup 4-5 berbagai ukuran tergantung yang mau dibeli.
3.Bila hari itu tidak memasakdi rumah, maka dari rumah sudah membawawadah makanan kosong. Jadi tidak memakai plastik atau stereofoam ataukertas minyak dari penjual.Bahkan untuk soto /bakso/ Sop sunda kesukaan suami, tetap saya bawa wadah dari rumah.Ini selain mengurangi produksi sampah, juga lebih sehat, karena makanan panas seperti soto/sop dll kalau masuk ke plastik, ditengarai ada komponen plastik yang larut dan masuk makanan yang akhirnya menjadi pemicu terjadinya kanker ganas. Naudzubillah. Makanya untuk sop/soto atau kadang bakso saya membawa wadah stenless steel atau semacam rantang almunium. Kadang ada penjual yang heran karena tak biasa, kadang ada penjual yang merasa diuntungkan karena mereka bisa lebih hemat kresek/kertas minyak dan tentu saja kreseknya.
4.Bila belanja ke toko untuk barang keringpun saya sudah membawa tas. Misal buku, alat tulis dll.Bahkan fotocopy pun saya tolak plastik putih pembungkushasil copy annya.Hasil copy an itu langsung saya masukkan ke tas. Pernah juga tanpa rencana memfoto copy, akhirnya menerima plastik dari petuga fotocopy, tapi in jarang.
Namun ada beberapa supermarket-toserba yang mengharuskan menerima plastik kresek mereka yang memang bagus, sudah ada merke toserba nya ,tidak boleh membawa dari rumah. Ini memang apa boleh buat. Untunglah saya termasuk yang jarang membeli sesuatu dari Indomart/toserba, paling-paling kalau barang itu tak ada di toko kecil, baru saya ke sana.. saya terbiasa membeli dari pasar/warung kecil..ada rasa bahagia ketika memberi rejeki pada pedagang di pasar atau warung kecil yang hidup enggan mati tak mau tergeser oleh kemajuan jaman dan maraknya Indomart/alfamart/supermarket-hypermarket.
Itu dari belanja, kemudian darisisa makanan yang berupa sampah organik, saya pelihara ikan dan hamster.Sisa nasi, sayuran lauk apapun asal tidak pedas saya langsung ‘buang’ ke kolam di belakang rumah. Ikanku jenisgurameh, mujair, patin mau apa saja. Dan kami pernah panen (baru sekali), woow, ikan pemakan sampahku tumbuh besar, gemuk... Ternyata sampah sisa makannaku menyenangkan dan mengenyangkan mereka.Sedangkan hamsterku mau kulit wortel, wortelbagian keras yang tak di masak, kulit timun, sisa nasi. Dan sampai dengan saat inibulu-bulu hamsterku masih bagus meski makan sampah.Sedangkan yang pedas dan sampah organik yang tak bisa dimakan ikan dan hamster seperti kulit pisang, kulit nanas dsb saya buang ke ‘blumbang’ (=jawa artinya galian di tanah). Kebetulan ada sisa lahan di halamanbelakang yang bisa dibuat lubang ukuran 1 m x 1 m dalam 1 m. Bila sudah penuh pindah. Sebenarnya, untuk membuat blumbang tidak perlu areal khusus karena kakak saya membuat blumbang mini diatara tanaman di pinggir tembok. Kebetulan ada sisa lahanlebar sekitar 1 meter dan memanjang lumayanpanjang, di pinggir pagar rumah beliau, dan beliau memang raman lingkungan, diantara pohon-pohon yang asri beliau gali lubang ukuran kecil, untuk sampah organik, kalau sudah penuh, ditimbun dan pindah buat galian disebelahnya, begitu seterusnya smapi suatu saat kembali keblumbang yang pertama lagi.
Dengan membuang sampah organik ke kolam ikan, hamster dan blumbang, saya tidak banyak kehilangan waktu. Dulu sebelumdengan cara ini, saya sering harus membersihkan tempat sampah karena sampah yang sudah dalam plastik kresek dan sudah dipilah ditaruh depan rumah menunggu petugas sampah, ‘dioker-oker’ (=jawa= dibuat berantakan) oleh pemulung. Duuuh ininambah pekerjaan saja. Apa dikirakami tidak punya pekerjaan? Ketika saya pindah rumah, petugas sampah tidak mengambil dari rumah ke rumah, tapi ada tempat penampungan sementara di pinggir jalan.Saya harus ke tempat penampungan sementara itu, wah tidak praktis.
Untuk untuk sampah plastik bekas kemasan minyak goreng, saya kumpulkan dan saya kasih ke teman yang punya ketrampilan membuat kerajinan tas dari bekas kemasan ini. Sedangkan plastik yang tak bisa dibuat kerajinan karena rapuh seperti bungku s deterjen dkk, juga dari benja yang ‘apa boleh buat’ karena sudah dikemas dari penjualnya seperti bumbu kemiri dkk, ada ember khusus plastik, asistenku mau, dikumpulkanuntuk dijual.Pernah masalah plastik ini asistenku tidak mau karena pengepulrongsokan tidak mau plastik, untungnya waktu itu aku punya pasien yang berprofesi jadi pemulung yang mau mengambil sampah plastik ini, bukan untuk dibuang tapi untuk dijual.
Kemudian, untuk sampah kertas, kami berhemat.Kertas yang msih bisa untuk menulis di lembar belakang ,masih kami simpan untuk suatu saat berguna. Ada dalam wadah sendiri.Kalau di kantor, kertas ini saya rancang untuk menjadi amplop. Di kantor kami sebenarnya sudah disediakan amplop baru, tapi saya lebih suka menggunakan amplop kertas bekas. Saya katakan kepada teman-teman lebih baik memakai amplop dari kertas bekas,sayang kalau banyak pohon ditebang hanya untuk membuat amplop. Lagi pula ada kantor lain yang masih menggunakan cara lama ini.Dan teman-teman terprovokasi.
Kertas bekas lainnya, misal bekas bungkus susu, bungkus pasta gigi, bungkus sabun, bungkus tempe, kwitansi lama,undangan yang sudah berlalu dsbsaya masukkan ke tempat sampah sendiri dan asisten yang mencuci baju/setrika akan mengambilnya untuk dikumpulkan dan dijual bila sudah banyak.
Untuk bekas kalender, biasanya tidak langsung saya buang. Kalau masih bagus saya gunakan untuk sampul buku-buku kerja dengan cara dibalik.Sebelum dikomentari orang sudah saya tulis... Go green: Reuse...Yang mau berkomentar tidak jadi. Dulu sebelum saya tulis, di bilang macam-macam : “Eh kasihan pakai kalender.. minta saja sama TU banyak tuh sampul... “
Dengan bring your own bag, reduce dan reuse ini produksi sampah jadi tidak banyak dan meudah mengelolanya dan tida butuh waktu lama... juga gampang...
IKUTAN AKU YUUK
Salam hormat,
Maryam
Sumber gambar: www.homeworkshop.com/2010/01/11/new-years-resolution-be-more-green-and-save-green/