Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

PSK Nasibmu, Ooh

29 Mei 2012   09:23 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:38 472 0
[caption id="" align="aligncenter" width="320" caption="Ketrampilan tata busana yang diajarkan di Balai Rehabilitasi "][/caption]

PSK,tahukah anda? Bagi yang hidupnyamengikuti aturan norma-norma masyarakat ketimuran, mungkin kata ini asing. Apalagi ini istilah pengganti. Istilah yang umum di masyarakatadalah WTS, waita tuna susila. Kata ini memang lebih dikenal daripada kata yang lebih diperhalus, PSK. Karena itu memang lebihenak menggunakan kata WTS.

Belum lama ini, tanggal 23 Mei 2012Pekerja Seks Komersial (PSK) di Purwokerto ditangkap oleh Tim Gabungan Satuan Polisi Pamong PrajaSatpol PP (Stapol PP), Dinas Sosial Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Kabunyumas. PSK yang terjaringkata Kabid Penanggulangan Bencana, Kemiskinan dan Rehabilitasi Sosial (PBKRS) Dinsosnakertrans akan diberi pembinaan. Sebab para PSK ini dianggap meresahkan masyarakat dan lingkungan sekitarnya. Pembinaan yang dilakukan dengan cara memberikan ketrampilan dalam jangka waktutertentu. (Radar Banyumas, 25 Mei 2012)

PSK atau WTS,sering dituding sebagai penyebar AIDS. Dan anggapan ini sebenarnya tidak salah. Meksipun juga bisa jadi mereka sebenarnya korban dari pria hidung belang yang menularkan padanya. Mereka adalah pelaku sekaligus korban. Karena itu mereka memang harus kita kasihani.Bagaimanapun mereka adalah korban. Kenapa disebut korban? Ya tentu saja korban. Korban dari ganasnya hidup. Betapa untuk bisa hidup seseorang harusdengan terpaksa menghilangkan rasa malunya, dengan cara menjual diri. Siapa sih yang mau menjadi WTS? Uang yang didapat tak seberapa, tanpa jaminan,danresiko tertular AIDS(serta menularkannya?)Tentu tak ada yang mau.Mereka juga korban darisuami yang tak bertanggungjawab. Para suami ini menyuruh mereka bekerja di kota tidak peduli apa pekerjaan istri di kota, sementara para suami tidak berdaya, tak punya ide untuk mencari kerja.

Dari pengalamanku menjadipetugas kesehatan yang harus melayani WTS di suatu lokalisasi, dan juga pada saat pelatihan tentang Infeksi Menular Seksual, terungkap berbagai motivasi mereka menjalani profesiterkutuk itu.Sebagian besar memang mereka sangat terpaksa karena masalah ekonomi... Duh kasihannya ... Andai aku bisa menolong..Namun ada juga yang karena balas dendam, karena suaminya serong, ada yang karena sudah terlanjurmasa mudanya kelam.. sekalian saja nyebur.. Naudzubillaah.

Apapun alasan mereka yang jelas mereka sangat malu, saking malunya mereka tak ada yang berterus terang kepada keluarganya.Ketika saya tanya: “Kalau keluarga atau teman tanya apa pekerjaan di kota, apa jawabnya?” Mereka bilang: Ya bekerja apa saja, bilang jadi pembantu, atau di toko swalayan...”Ya jadi pembantu jauh lebih mulia... Maka bagi pembantu tak perlu malu nih! Engkau lebih mulia dari pada WTS! Makanya sekarang ada yang menganjurkan jangan PRT tapi ART/ asisten rumah tangga.

Karena itu betapa muliaapa yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Banyumas, mereka hendak mengentaskan orang-orang yang karena terpaksa ini menjadikan dirinya terkutuk.Mereka mau dibina dengan ketrampilan.

Adalembaga Pemerintah bernama Balai Rehabilitasi “Wanita Utama”yang merupakan Unit Pelaksana Teknis dari Dinas Sosial Propinsi Jawa Tengah yang bertugas untuk membina eks WTS ini.Mereka dibina dengan ketrampilan tat busana, tata boga, komputer, salon dll. Yang pernah saya dengar dari salah satu petugas Satpol PP di Cilacap, setelah dibina biasanya juga juga diberi modal untuk buka usaha. Diantara mereka memang ada yang berhasil, ada yang bisnis salon, atau yang lain. Namunkadangada yang kembalike dunia kelam itu. Kenapa? Ada yang beralasan membuka usaha itu sulit, tidak langsung jadi. Mereka belum terdidik untuk sabar. Beda kalau mereka mbuka baju... tak usah sulit-sulit.. meski dapatnya sedikit.Kenapa saya katakan dapatnya sedikit? Ya karena mereka adalah buruh.Dari bayaran yang mereka terima, tidak semuanya masuk kantong, harus setor ke mammi, germonya. Juga harus mbayar kamar.Sisanya tinggal sedikit.Betapa kasihan... Ini penjajahantubuh!

Namun tugas Pemda yang mulia ini bukan tanpa halangan. Mereka ditentang oleh aktivis AIDS. Sebab menurut aktivis AIDS, pelacuran harus dilestarikan, karena apa? Karena kalau tidak boleh melacur secara resmi, toh mereka akan melacur secara sembunyi-sembunyi, sehingga sulit mendeteksi mereka. Sulit untuk mengetahui, pelacur yang sudah memberikan kondom dan memakaikannya ke pelanggan.Sulit untuk mengetahui siapa saja yang sudah berhasil tertular AIDS.

Memang sekarang penderita AIDS sudah bukan hanya WTS saja dan pelanggannya. Tapi mulai banyak ibu rumah tangga yang terkena. Mereka tidak melakukan perbuatan terkutuk. Tapi dapat dari suaminya yang hidung belang. Bahkan ada bidan yang kurang hati-hati tertusuk jarum.Alangkah kasihannya ibu rumah tangga dan bidan itu.Kalau aku ketemu ingin aku katakan bahwa penyakit AIDS yang anda derita bukan penyakit yang bisa menyebabkan anda malu. Tidak perlu minder.Itu adalah kecelakaan dan orang yang kecelakaan tidak boleh disalahkan.

Semoga para WTS mendapatkanpembinaan yang baik, selain dari segi ketrampilan mereka juga secara psikologis agar mereka tidak kembali ke dunia kelam itu. Semoga bisa berbisnis yang menguntungkan dan halal. Semoga dimudahkan hidupnya.. Mereka memang berdosa. Dari sudut pandang agama manapun, pelacur itu berdosa. Tapi biarlah itu urusan Allah dan WTS itu sendiri.Tapi bukankah masih ada waktu untuk memohon ampun? Semoga WTS yang telah terkena AIDS sadar diri,bertobat dan alih profesi.

“Kalau dokter tahu ada WTS yang sudah insyaf, ingin alih profesi, bisa menghubungi Satpol PP. Nanti kami kirim ke Solo (Balai Rehabilitasi, pen)” . Ini pesan Satpol PP ke saya. Yuk kita tunjukkan jalan yang benar....

Sumber gambar: http://wanitautamasolo.blogspot.com/2011/04/profil.html

Salam hormat,

Maryam

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun