Tapi zaman selalu memiliki anaknya sendiri. Politik apartheid mendapatkan perlawanan dari masyarakat kulit hitam. Salah satu tokoh yang terkenal adalah Nelson Mandela. Dialah anak zaman itu. Anak zaman yang lahir dari pendindasan atas kulit hitam. Perjuangannya yang gagah berani mengharuskan dirinya untuk rela mendekam dipenjara selam puluhan tahun (kurang lebih 27 tahun).
Inilah gerakan anti politik apartheid. Mereka menentang diskriminasi ini, yang telah dilegalkan dalam undang-undang Afrika selatan. Setelah mendekam di penjara, tahun 1990 nelson Mandela akhirnya dibebaskan dari penjaranya Atas desakan internasional. Berbagai penghargaan pun diterimanya, salah satunya adalah tahun 1993 menerima nobel perdamaian dunia.
Nobel itu sangat layak disandang olehnya. Ketika bebas dari penjara, dia tidak menyerukan kepada pendukungnya (terutama masyarakat kulit hitam) untuk mengadakan perlawan ‘terbuka’ atas diskriminasi selama ini. Karena baginya, perlawanan secara frontal terhadap rezim akan melahirkan kekerasan dari pendukung rezim yang berkuasa. Sehingga kekerasan baru akan berlanjut, karena otomatis akan mendapat perlawanan dari pihak Nelson Mandela sendiri. Dan akan menimbulkan aksi reaksi yang terus menerus hingga akan terjebak dalam lingkaran setan yang tidak akan terputus.
Wajah politk Afrika selatan kemudian semakin berubah kearah yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan itu semakin terasa ketika sang Nelson Mandela dipercaya oleh rakyat Afrika Selatan untuk memimpin negerinya. Kurang lebih lima tahun (1994-1999), beliau memimpin negerinya dengan salah satu prioritas utama adalah penghapusan secara total diskriminasi oleh kebijakan apartheid. Tapi itulah hidup yang meniscayakan kematian. Akhirnya sang Mandela berada di penghujung jalannya di dunia. Beliau meninggal dalam usianya yang ke-95 tahun, tepat pada kamis (5/12/2013) waktu Afrika Selatan karena infeksi paru-paru.
Peran Syech Yusuf Al Makasari Al Bantami
Syech Yusuf (wafat pada tahun 1699) adalah seorang ulama asal Sulawesi Selatan yang di asingkan oleh kolonial ke Afrika Selatan tepatnya di Provinsi Cape Town. Beliau bersama pengikutnya yang mayoritas dari Makassar menjadi motor penggerak penyebaran islam di sana (baca: afrika selatan). Bahkan disebut-sebut sebagai pembawa islam pertama ke Afrika Selatan. Hal ini dapat dilihat dengan berbagai jejak yang ditinggalkannya. Salah satunya di Cape Town terdapat perkampungan Makassar karena banyak keturunan Makassar yang merupakan pengikut Syech Yusuf. Juga jejak lainnya adalah Masjid Nurul Latief. Masjid ini merupakan masjid yang didirikan oleh warga keturunan Makassar di sana yang dahulu adalah pengikut Syech Yusuf. Pada tahun 2005 yang lalu pak wakil Presiden Indonesia, Jusuf Kalla (saat menjabat wakil presiden RI) meresmikan Masjid Nurul Latief.
Nah, dalam politik anti apartheid yang selalu digemakan oleh seorang Nelson Mandela, ternyata beliau terinspirasi salah satunya dari Syech Yusuf. Mandela pernah mengungkapkan gerakan anti apartheidnya terinspirasi dari ajaran Tauhid yang dibawakan sang ulama. Sebagaimana kita ketahui, tauhid dalam ajaran islam adalah ajaran yang cukup fundamental. Salah satu penjabarannya (baca: tauhid) adalah ajaran tentang keadilan dan kesetaraan di depan Tuhan. Tidak ada yang berbeda dalam hal derajat manusia karena warna kulit. Semua manusia itu sama, hanya pengabdian kepada Tuhanlah (Allah, dalam islam) yang membedakan derajat manusia itu, bukan warna kulit. Inilah yang menginspirasi sang Nelson Madela.
Selamat jalan Neslon Madela. Dunia menginspirasimu.
~Makassar, 6 Desember 2013