Seminggu pertama di Kampung Bamana, saya masih sering bingung membedakan siapa nama pemilik wajah yang tersenyum ramah kepada saya. Bagi yang pernah ke Papua mungkin paham dengan situasi dan tantangan orientasi sosial yang dihadapi oleh pendatang dalam hal mengindetifikasi wajah. Semua wajah nyaris serupa, hanya potongan rambut yang kadangkala membuat perbedaan jelas di antara wajah-wajah itu. Begitupun dengan wajah ceria riang gembira anak-anak asli Papua. Wajah anak-anak itu sungguh sulit dibedakan, anak laki-laki dan perempuan sama manis senyumnya, sama pendek dan geriting rambutnya, sama hitam kulitnya, sama-sama lincahnya bermain kesana dan kesini.
KEMBALI KE ARTIKEL