Ada aturan yang menipu aku bahkan menyaksikan berkali-kali. Lumbung selalu penuh, gabah membungkus tulang yang bangkit berkali-kali karena di peras mereka selalu diam di jam tertentu, tertawa di menit tertentu dan menangis didetik tertentu. Subuh selalu bertanya pada mata yang sembap? Aku harus bagaimana?.Siang mengeluh pada kaki yang ringkih dan sore selalu mengingat pada peluh yang kian luruh. Ada celoteh dari sebrang dan mereka menunduk tak berani mendongak mereka bahkan lupa kalau sedang menyeruput dan mereka tak meneguknya sama sekali membiarkan  menari ria di dalam mulut hingga rasanya tak sama lagi.  Hambar dan pekat. Tapi mereka mulai nyaman, nyaman dengan rasa, nyaman dengan celoteh dan nyaman dengan riasan peluh yang membahasi wajah dan tubuh merekahingga suatu hari, nyaman merenggut hak mereka, membungkusnya dalam diam, dan membiarkanya berlalu tanpa memanggilnya kembali. DAN AKU HARUS BAGAIMANA? MEREKA SUDAH NYAMAN.
KEMBALI KE ARTIKEL