Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Kaum Muda Atau Stagnan

22 November 2013   21:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   04:48 44 0
Selama ini anak muda boleh dibilang jadi kelompok yang kurang mendapat perhatian dalam sistem di negeri ini. Minimnya pengalaman kerap dijadikan alasan selain tentu saja, enggannya orang-orang tua yang kadung merasa mapan dengan posisinya dan ogah beri kesempatan anak muda untuk tampil. 

Sampai sekarang, saya masih menanti realisasi dari bujuk rayu para calon pemimpin yang katanya peduli dengan anak muda. Wajar saya menanti, apalagi saat-saat menentukan pilihan sudah semakin dekat. Saya tidak mau hanya menjadi pemilih yang terkesan asal tebak dalam memilih pemimpin untuk masa lima tahun ke depan. Pengamatan jeli sudah harus dimulai sedari sekarang. Perhatian terhadap anak muda, tentu saja menjadi prioritas karena, masa depan sejatinya berada di tangan kaum muda. Lalu, seperti apa sih kepedulian untuk anak muda itu? Cukup dengan berpidato? Berusia muda? Menyukai musiknya anak-anak muda? Atau apa? 
Beberapa hari lalu saya membaca artikel di detik.com tentang dipilihnya Lalily Prihatiningtyas sebagai Direktur Utama PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko. Nama Lalily Prihatingtyas mungkin biasa saja, bahkan sangat sedikit orang yang pernah mendengar nama ini sebelumnya. Tapi menjadi pemimpin salah satu BUMN dalam usia yang masih sangat belia, 28 tahun, jelas sesuatu yang luar biasa. 
Keputusan menetapkan seorang Perempuan berusia 28 tahun jelas merupakan keputusan yang berani. Apalagi, sebelumnya BUMN dianggap sebagai 'sarangnya orang-orang tua'. Tak heran jika BUMN dahulu dianggap sangat lamban kinerjanya. Maklum, tanpa mengurangi rasa hormat atas kontribusi di masa lampau, orang-orang tua lekat dengan anggapan miskin inovasi. Kepemimpinan 'darah muda' dalam jajaran birokrasi BUMN memberi harapan lahirnya berbagai terobosan inovasi--sesuatu yang sangat dibutuhkan BUMN untuk bersaing dengan perusahaan swasta, baik lokal maupun global era kini. 
Mendudukkan anak muda dalam pucuk perusahaan negara memang beresiko, tapi itu jelas lebih baik ketimbang nyaman dalam posisi tidak berkembang. Tengok saja kiprah Facebook pimpinan Mark Zuckerberg. Melalui perusahaan yang didirikannya pada 2004 tersebut, Lelaki kelahiran 1984 itu menjelma menjadi salah satu orang paling berpengaruh di dunia saat ini. Atau Steve Jobs yang fenomenal. Ia bahkan baru berusia 16 tahun kala bertemu Steve Wozniak dan bersama-sama mendirikan Apple--perangkat teknologi yang merevolusi dunia komunikasi. 
Tak hanya di luar negeri sebenarnya. Di Indonesia kita mengenal Billy Boen, 35 tahun yang memiliki banyak sekali perusahaan ternama. Baru menginjak usia 26 tahun, Boen sudah dinobatkan menjadi General Manager PT Oakley Indonesia. Baru-baru ini dunia juga sempat terperanjat tatkala pengusaha Indonesia Erick Thohir membeli 80% saham klub sepakbola kenamaan dunia, Internazionale Milan. Di usianya yang ke-31, Thohir mendirikan Mahaka Group, perusahaan yang membeli Republika dan sejumlah perusahaan. Saat itu ia mendapat bimbingan dari Dahlan Iskan untuk berkiprah dalam industri Media. 
Di atas hanyalah sedikit dari sekian rentetan anak muda yang sukses memimpin perusahaan dengan sekian inovasinya. Masih banyak lagi deretan nama lain yang menunjukkan betapa pentingya peran anak muda yang lebih berani mengambil resiko, memiliki kreasi, dan inovasi yang membawa berbagai gebrakan bagi perusahaan yang dipimpinnya. Tak salah rasanya jika kemudian muncul anggapan, semakin anak muda mendapat ruang dan kesempatan, semakin harapan terjadinya perubahan terbuka. 
Karenanya, tak salah jika saya angkat topi atas terobosan yang dilakukan Menteri Negara BUMN, Dahlan Iskan. Mantan Dirut PLN ini menjadi sosok yang getol menerbitkan sosok kaum muda untuk mengambil tampuk kepemimpinan. Sebelumnya saya sempat melihat pernyataan beliau di media massa yang berjanji akan mengorbitkan kaum muda dalam jajaran petinggi BUMN. Perlahan namun pasti, janjinya mulai teralisir dengan penunjukkan Tyas sebagai komandan PT Taman Wisata Candi Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko. Hal yang sama pernah ia lakukan juga di PLN dan Jawa Pos Grup. Anak muda sudah bukan jadi barang langka untuk duduk di pucuk pimpinan BUMN. 
Mendorong anak muda memimpin BUMN yang notabene menjadi ujung tombak industri nasional memang beresiko. Tapi seperti Zuckerberg bilang, “In a world that’s changing so quickly, you’re guaranteed to fail if you don’t take any risk.” 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun