Akhir-akhir ini, viral sebuah video dalam sebuah kajian di mana seorang ustaz mengolok-olok penjual es teh di hadapan khalayak umum. Video tersebut memicu banyak reaksi, terutama kemarahan dari masyarakat yang menilai bahwa sang ustaz tidak memiliki empati terhadap penjual es teh tersebut. Dari kejadian itu, banyak konten kreator yang berlomba-lomba memberikan bantuan kepada bapak penjual es teh tersebut sambil menjadikannya sebagai konten. Fenomena membantu orang lalu dikemas dalam bentuk konten bukanlah hal baru di Indonesia. Hal ini memunculkan berbagai pandangan, mulai dari yang mendukung karena dianggap inspiratif hingga yang mengkritik karena dinilai mengeksploitasi penderitaan orang lain.
KEMBALI KE ARTIKEL