Dengan segala rasa hormat saya kepada Bpk Jokowi, dengan segala rasa kagum saya kepada Bpk Jokowi.
Akhir-akhir ini banyak sekali pertanyaan di benak saya, banyak gemuruh kegelisahan dihati saya.
Saya sebagai anak negeri sedih melihat keadaan ini.
Media massa seperti kehilangan kabar gembiranya, ketika bapak Jokowi dilantik seolah media massa ikut merayakan.
pesta pora harapan rakyat tersebar dimana-mana, riuh gemuruh teriakan mimpi terdengar disetiap pedesaan, keluh kesah masyarakat kecil mengalir dari setiap aliran semangat perjuangan. Mereka yakin Bapak yang bisa menyelesaikan semua permmasalahan masyarakat kecil.
Berharap kepada pemimpin tentu bukan salah mereka, karena selai berusaha dan berdoa, mereka juga hidup didalam Negara yang memiliki segala aturan, sistem dan kebijakan yang mau tdk mau harus mereka ikuti.
Dan belum bisa menyelesaikan serta mensejahterakan masyrakat kecil itu juga bukan salah bapak, saya dan kami semua sadar bapak adalah manusia biasa yang punya salah, kebimbangan dan kemampuan yang terbatas.
Tapi ada apakah ini pak Jokowi?
Melalui surat terbuka ini saya ingin bertanya, sebenarnya ada apakah ini pak Jokowi?
Kami tak tau pasti apakah kau ingkar janji, lupa dengan semua mimpi yang pernah kau berikan kepada kami?
Pak Jokowi, saya bukanlah Tim sukses bapak yang turun langsung kejalan bersama ratusan bahkan ribuan massa tuk ikut berkampanye, dan saya juga bukan bagiann dari annggota partai politik yang mengusung bapak, saya hanya rakyat biasa yang melihat semangat serta ketulusan dari seorang yang rela masuk gorong-gorong.
Tapi ketahuilah pak Jokowi, saya menyebarkan visi misi anda saat berkampanye saya menjelaskan target-target anda saat berkampanye, saya ceritakan semuanya kepada keluarga, kepada teman, kepada kerabat, kepada orang yang saya temui di jalan, kepada teman diskusi, kepada tetangga, melalui orang-orang yang saya temui saya mencoba mengajak mereka menaruh harap pada calon pemimpin yang penuh semanngat ketulusan pada waktu itu.
Namun kini mereka-mereka itu balik bertanya kepada saya
“ ada apa dengan Jokowi?”
“Kenapa dengan Jokowi?”
“Apakah ia hanyut dalam kekuasaan?”
“Apakah ia hilang arah dalam kebimbangan?”
“kenapa, kenapa dan kenapa?”
Mereka bertanya seperti itu kepada saya.
Di tengah tengah naik nya harga-harga kebutuhan pokok, kau nai turunkan BBM, mahalnya biaya hidup dinegara yang dulunya disebut Nusantara yang kaya akan sumber daya.
Miris melihatnya, sedih melihatnya, kami lihat di televise, Nenek-nenek dituduh mencuri kayu oleh perhutani dan dipermasalahkan kejalur hukum, seorang Ibu Hamil mencuri untuk biaya persalianan, masih banyak lagi kisah pilu di negeri ini.
Entah saya salah menduga atau menganalisa, entah saya salah berfikir hingga terjungkir, tapi saya dan kami masih menaruh harap akar kau kembali kedalam Nurani Pak Jokowi.
Saya berharap pak Jokowi bisa hidup sederhana jika rakyat masih belum sejahtera.
Beberapa bait puisi untuk bapak sebagai penutup surat terbuka ini.
Tak ada “dia” yang sudi memasuki gorong-gorong
Tak ada “dia” yang sudi memasuki pasar
Entah itu pencitraan atau sengaja untuk menarik perhatian, tapi itu sungguh berkesan
Karena sekalipun itu citra “dia” dianggap sederhana
Sosok penuh tawa canda dan senyum ceria,
Yang dulu sederhana saat ini entah bagaimana
Yang dulu pro rakyat sekarang entah peduli siapa
Biarlah kesabaran yang menjawab semuanya
Seharusnya
Tak perlu kau pikirkan mereka yang sudah kaya
Mereka bisa urus dirinya sendiri
Tak perlu kau urus pengusaha, mereka bisa hidupi dirinya sendiri
Di desa sana berapa anak putus sekolah
Di desa sana berapa keluarga yang tak bisa makan
Di simpang jalan sana berapa anak terampas kemerdekaan masa kecilnya
Di desa dan di kota sana berapa, berapa, berapa dan berapa mereka yang belum sejahtera
Bapak, hiduplah sederhana, jika kau benar membela mereka
Buktikan bahwa kau juga rasa
Perlihatkan bahwa kau juga peduli mereka
Karena kisah ini tak membahagiakan buat mereka
Kini entah ada apa, seolah kau memaksa kami memakai kantung keresek dikepala kami.