Secara pribadi saya kenal dekat dengan Angie. Ia adalah ambassador orang utan dari LSM Orang Utan Republik Education Initiative (OUREI) dan saya liaison Officer OUREI. Jadi dibidang penyelamatan orang utan kami saling bersinggungan.
Saya tak ingin membahas soal permasalahan hukum Angie. Karena itu biarlah menjadi wewenang penegak hukum. Namun sebagai seorang sahabat, saya kagum dengan ketegaran Angie ketika dilanda badai yang sangat dahsyat seperti sekarang. Belum lama ditinggal suami tercinta yang berpulang ke Rahmatullah, ia dihajar persoalan hukum. Namun, ketika saya bertemu dengannya, ia tetap tegar.
Angie tetaplah Angie yang saya kenal dulu. Angie yang tegar saat kami, pada 2006 lalu, mengunjungi belantara leuser di Aceh Tenggara. Perjalanan 7 jam jalan darat dari Medan tak kami rasakan lama. Ketika kami tertidur di dalam mobil yang membawa kami, ia membangunkan kami. Mengajak kami untuk terus membuka mata menikmati indahnya pemandangan Leuser, surga belantara tropis di bagian utara Pulau Sumatera. Leuser adalah tempat berjuta keanekaragaman hayati tumbuh.
Petualangan di leuser membuat saya lebih dalam memahami Puteri Indonesia 2001 ini. Ia bukanlah anak mama yang manja. Buang air kecil -maaf- di semak semak pun jadi. Karena di dalam hutan tak kami temui WC umum. Kaki dan tangannya dihinggapi dan dihisapi lintah ia pun tak pernah mengeluh.
Kami berdiskusi di sepanjang perjalanan menuju Leuser. Saat saya tanya kenapa ia menggebu gebu ingin ke Leuser dan bertemu orang utan, ia menjawab, 'Aku kagum dengan induk orang utan yang selalu menjaga dan melindungi anaknya. Seperti itulah perempuan seharusnya."
Dengan penuh kesabaran, induk orangutan akan melindungi dan memberikan perhatian penuh kepada seekor bayi orang utan selama 7-8 tahun. Setelah anak orang utan mampu hidup sendiri di hutan, induknya baru melepasnya.
Oleh karena itu, saat seorang pengacara mengatakan Angie tak mengurus anak anaknya dengan baik, saya pun tak percaya. bagi saya itu hanyalah bualan belaka karena saya tahu persis siapa Angie. Angie ke kantor pun -kadang- membawa anak. Angie yang menyusui anaknya dengan air susunya sendiri.
Di mata saya, komitmen Angie di bidang penyelamatan orang utan tak perlu diragukan. Kecintaannya kepada keluarga sebegitulah kecintaannya pada orang utan. Satwa langka yang hampir punah yang hanya ada di Pulau Sumatera bagian utara dan Kalimantan.
sementara persoalan hukum biarlah itu menjadi wewenang penegak hukum. sebagai seorang sahabat, saya harus mendoakan beliau agar mampu keluar dari masa masa sulit ini dengan keadaan baik. atau mungkin inilah yang disebut the right man on the wrong place? wallahu alam....