Di tangannya, ada sebuah buku catatan usang dengan sampul kulit yang sudah mulai memudar. Buku itu adalah warisan dari almarhum kakeknya, yang baru saja ia terima sebulan lalu setelah kakeknya meninggal. Arya tidak pernah dekat dengan kakeknya, tapi entah kenapa, ia merasa perlu untuk mencari tahu isi buku itu. Ada perasaan aneh yang menggelitik di dalam dadanya, seolah-olah buku itu menyimpan jawaban yang telah lama ia cari.
Arya membuka buku itu perlahan, halaman demi halaman yang penuh dengan catatan tangan dan foto-foto hitam-putih. Beberapa halaman awal hanya berisi tulisan-tulisan yang tampak seperti catatan perjalanan kakeknya di masa muda. Namun, di halaman tengah, ia menemukan sesuatu yang menarik perhatiannya---sebuah peta kecil yang digambar tangan, menunjukkan lokasi yang tampaknya berada di Kota Tua ini.
"Temukan rahasianya di bawah menara jam tua," bunyi catatan kecil di samping peta itu.
Menara jam tua itu berada tepat di depan Arya sekarang. Ia menatapnya dengan rasa penasaran yang tak bisa ditahan. Kenapa kakeknya meninggalkan pesan seperti ini? Apa yang sebenarnya ingin ia sampaikan?
Tanpa berpikir panjang, Arya melangkah mendekati menara jam tua itu. Di kaki menara, terdapat sebuah pintu kecil yang biasanya terkunci. Namun, saat Arya mencoba memutarnya, pintu itu terbuka dengan mudah, seolah-olah menantinya untuk masuk. Dengan perasaan campur aduk antara ketakutan dan antusiasme, Arya melangkah masuk ke dalam kegelapan.
Di dalam, tangga melingkar yang terbuat dari batu tua membawa Arya naik ke atas. Udara di dalam menara terasa dingin dan lembap, dan setiap langkah kaki Arya menimbulkan gema yang memantul di dinding sempit. Jantungnya berdetak semakin kencang, seolah menyadari bahwa ada sesuatu yang besar menantinya di puncak menara ini.
Saat Arya tiba di lantai paling atas, ia disambut oleh pemandangan Kota Tua yang menakjubkan dari jendela-jendela besar. Namun, bukan pemandangan itu yang menarik perhatiannya. Di tengah ruangan, ada sebuah kotak kayu besar yang tertutup debu. Dengan hati-hati, Arya membuka kotak itu dan menemukan sebuah benda yang tak pernah ia duga akan temukan---sebuah kamera tua dan tumpukan surat yang sudah menguning.
Arya mengambil salah satu surat itu dan membacanya perlahan.
"Untuk siapa pun yang menemukan ini, ketahuilah bahwa di balik setiap foto yang kuambil, ada kisah yang tidak pernah kuceritakan. Kamera ini telah merekam kebenaran yang selama ini kusimpan. Jika kau ingin tahu kebenaran tentang keluarga kita, bukalah lembaran-lembaran foto ini, dan kau akan mengerti apa yang sebenarnya terjadi."
Arya terdiam sejenak, mencoba memahami maksud surat itu. Ia mengeluarkan kamera tua dari kotaknya, dan menyadari bahwa masih ada sebuah gulungan film yang belum dicetak. Tanpa membuang waktu, Arya memutuskan untuk membawa film itu ke toko foto di sudut jalan yang masih melayani cetak foto dari film analog.
Di toko itu, seorang pria tua bernama Pak Joko menyambutnya. "Ah, jarang sekali ada yang membawa film seperti ini sekarang," kata Pak Joko sambil tersenyum. Arya hanya mengangguk sambil menyerahkan gulungan film tersebut. "Bisa selesai besok sore," lanjut Pak Joko.
Keesokan harinya, saat Arya kembali, Pak Joko tampak lebih serius dari biasanya. Ia menyerahkan tumpukan foto itu dengan tangan yang sedikit gemetar. "Nak, foto-foto ini... sepertinya menyimpan kisah yang berat," ucapnya pelan.
Arya mengambil foto-foto itu dan melihatnya satu per satu. Di sana, terlihat wajah-wajah yang tak asing baginya---wajah kakeknya yang masih muda, neneknya, dan seorang wanita yang mirip dengan ibunya. Namun, ada foto yang membuat Arya terhenyak. Sebuah foto yang menunjukkan kakeknya bersama seorang pria yang mirip dengan ayahnya, berdiri di depan sebuah bangunan yang tampak seperti pabrik tua.
Arya tidak pernah tahu bahwa ayahnya dan kakeknya pernah bertemu sebelum ia lahir. Yang ia tahu hanyalah cerita dari ibunya bahwa ayahnya pergi meninggalkan mereka saat Arya masih bayi. Foto ini menunjukkan sesuatu yang berbeda. Apakah mungkin ayahnya tidak pergi begitu saja? Apakah mungkin ada sesuatu yang lebih besar yang terjadi?
Di balik salah satu foto, Arya menemukan catatan kecil yang tertulis dengan tangan kakeknya: "Rahasia keluarga kita tersembunyi di pabrik tua ini. Hanya dengan keberanian kau akan menemukannya."
Arya merasa seolah-olah jantungnya berhenti berdetak. Pabrik tua yang dimaksud berada di pinggir kota, tempat yang sudah lama terbengkalai. Tanpa pikir panjang, ia memutuskan untuk pergi ke sana. Rasanya seolah-olah seluruh hidupnya membawanya ke titik ini---untuk menemukan kebenaran yang telah lama tersembunyi.
Saat Arya tiba di pabrik tua itu, matahari sudah hampir terbenam. Bayangan bangunan yang runtuh tampak menyeramkan di bawah cahaya senja. Arya melangkah masuk, membiarkan perasaannya memimpin jalannya. Ia berjalan melewati puing-puing dan sisa-sisa mesin tua, hingga ia menemukan sebuah pintu logam yang terkunci.
Namun, saat Arya mencoba mendorongnya, pintu itu terbuka dengan suara berderit yang nyaring. Di dalam ruangan, ia melihat sesuatu yang mengejutkannya---sebuah meja dengan tumpukan dokumen dan foto. Di sana, ia melihat foto ayahnya yang sedang menandatangani sesuatu, dengan wajah serius.
Di sudut meja, ada surat lain yang tertulis untuknya.
"Arya, jika kau menemukan ini, ketahuilah bahwa aku tidak pernah pergi meninggalkanmu dengan sengaja. Ada rahasia besar yang harus kusembunyikan untuk melindungi keluarga kita. Maafkan aku karena memilih jalan ini. Aku hanya berharap kau bisa memaafkanku dan melanjutkan hidupmu dengan penuh kedamaian."
Air mata mengalir di pipi Arya. Semua penantian dan pencariannya selama ini akhirnya berujung pada kebenaran yang pahit. Ayahnya tidak pernah benar-benar meninggalkan mereka---ia terpaksa pergi karena terlibat dalam sesuatu yang lebih besar dari yang bisa ia bayangkan.
Dengan perasaan campur aduk, Arya mengambil dokumen-dokumen itu dan menyadari bahwa ayahnya terlibat dalam kasus kejahatan yang mengancam keselamatan keluarga mereka. Itulah mengapa ia harus menghilang, dan itulah yang disembunyikan oleh kakeknya selama ini.
Arya keluar dari pabrik tua itu dengan hati yang berat, namun ada sedikit kelegaan. Ia akhirnya mengerti. Kini, ia memiliki pilihan---apakah akan mengungkap kebenaran ini kepada dunia, atau membiarkannya menjadi bagian dari masa lalu yang tak terjangkau.
Saat senja perlahan berubah menjadi malam, Arya berdiri di tepi jalan, menatap langit yang mulai gelap. Ia tahu bahwa hidupnya tak akan pernah sama lagi. Namun, ia juga tahu bahwa kebenaran, seberapa pun pahitnya, selalu lebih baik daripada hidup dalam kebohongan.
Dengan langkah mantap, Arya memutuskan untuk pulang, membawa serta kisah yang telah lama tersembunyi di balik senja Kota Tua.
Sumbawa, 19 November 2024