Penyaringan kabinet yang melibatkan KPK dan PPATK merupakan suatu terobosan yang pantas di apresiasi sebagai bentuk komitmen presiden untuk membentuk dasar pemerintahan yang bersih. Presiden juga menginginkan bahwa kabinet Harus cepat dan kerja..kerja..ayo kita kerja (seperti lirik lagu slank).
Saya melihat meskipun komposisi kabinet telah disaring dengan pertimbangan KPK dan PPATK, tidak berarti para menteri terjamin bersih Sekarang dan seterusnya. Namun ini baru awal dari suatu pemerintahan, seluruh elemen masyarakat harustetap mengawasi kinerja dan prilaku dari para menteri, mengantisipasi tindakan korupsi. Bisa saja bersih saat ini, namun tergoda oleh sistem yang buruk sehingga akan terkontaminasi menjadi tidak bersih.
Kerja..Kerja..ayo kita kerja...saya melihat selain mempunyai semangat kerja namun Harus bisa kerja smart, dalam artian tidak terlalu lebay dalam bekerja dan dapat memberikan hasil nyata bagi rakyat Indonesia sesuai dengan ikon Trisakti yang telah didengungkan pada masa kampanye.
Mengenai ramainya kekecewan sebagian masyarakat (di sosmed dan lingkungan nyata) akan kabinet yang dianggap tidak mewakili suku dan golongan tertentu merupakan dinamika sosial dan hal yang manusiawi. Adanya kekecewan dengan tidak terwakilinya suku batak dan kalimantan dalam kabinet merupakan suatu bentuk keperdulian dan harapan dari elemen masyarakat terhadap kabinet kerja ini.
Bagi saya apapun yang telah diputuskan dalam penyusunan kabinet, saya memahaminya dalam kerangka berbangsa dan bernegara, jaman ini saya tidak mau terjebak dalam isu ekslusifme semata, karena siapapun yang ikut dalam kabinet dia harus bisa berbuat yang terbaik untuk seluruh rakyat, tidak lagi mempunyai pola pikir berdasarkan suku, daerah atau golongan dari mana menteri berasal. Dan saya sangat menghormati hak preogratif Presiden.
Marilah kita dukung dan beri kesempatan Presiden Jokowi dan para pembantunya bekerja untuk Indonesia Raya. Tetap kawal dan kritisi demi kebaikan bangsa dan negara.