Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Hari Kedua Kuliah, HP ku Dicopet

20 September 2012   01:56 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:12 257 0
Selasa, 4 September 2012 tepatnya hari keduaku kuliah di UNJ. Aku mengalami tragedi yang sangat memilukan yang belum pernah terjadi dalam hidupku. Handphone kesayanganku yang sudah menemaniku selama 2 tahun raib dicopet orang di bus PPD 43. Aku ingin menceritakan kejadiaannya.

Hari ini adalah hari keduaku kuliah. Aku sangat senang karena aku telah menjadi seorang mahasiswa. Aku dan temanku Martina yang kebetulan satu tempat kuliah berencana berangkat pukul 5.00 pagi, namun aku baru bangun dan akhirnya aku menyuruh Martina untuk berangkat lebih dulu. Aku kasihan kalau menyuruh Martina untuk menungguku.

Setelah bangun tidur aku lalu shalat subuh terlebih dahulu karena waktunya sudah mepet. Aku sangat terburu-buru karena pukul 8.00 aku ada kelas bahasa Inggris. Aku khawatir aku akan terlambat karena macet. Seperti biasa setiap pagi dan sore kota Jakarta selalu macet. Setelah selesai shalat subuh aku langsung mandi dan sarapan pagi. Pukul 6.00 akhirnya aku berangkat ke kampus menggunakan transportasi umum. Kampusku terletak di Rawamangun sedangkan rumahku terletak di Jatimurni, Bekasi. Perjalanan diperkirakan 2-3 jam kalau macet dan lama menunggu bus Transjakartanya.

Setelah pamitan dengan orang tua, aku berjalan sekitar 15 menit untuk mencapai jalan raya. Pukul 6.15 aku naik angkot KR dan selama perjalanan tidak terjadi kemacetan, tetapi pada saat berada di Pondok Gede barulah terjadi kemacetan yang sangat panjang. Karena terlalu lama menunggu sekitar 15 menit di angkot, akhirnya aku putuskan untuk turun dari angkot dan berjalan kaki sampai monumen Pancasila. Aku melihat banyak orang yang turun dari angkot lalu memutuskan untuk berjalan kaki. Angkot sama sekali tidak bisa bergerak dan itu yang membuatku bosan.

Aku mulai khawatir karena temanku Martina yang sudah jalan terlebih dulu mengirim SMS. Dia bilang dia sedang berada di bus Transjakarta dan di tolnya juga macet. Aku jadi tambah bingung. Ketika aku mau membalas smsnya, ternyata pulsaku habis. Lalu aku cari konter pulsa tapi tidak ada yang buka dan akhirnya aku temukan Indomaret untuk membeli pulsa. Waktu menunjukan pukul 7.00 dan aku semakin panik. Aku berjalan dengan cepat untuk mencapai monumen Pancasila.

Setelah berhasil melewati titik kemacetan, aku langsung naik angkot KR lagi. Di pertigaan monumen Pancasila hampir setiap hari terjadi kemacetan dan menyita banyak waktu. Perjalananku berlanjut menggunakan KR dan sekitar 5 menit aku sampai di Gardu.

Karena aku takut terjadi kemacetan di TOL, aku tidak jadi naik bus Transjakarta dari halte Pinang Ranti. Aku lebih baik naik angkot Trans Halim arah PGC. Aku mulai mencari angkot Trans Halim yang ngetem dan ternyata penumpangnya belum penuh. Sempat kesal juga karena itu angkot tidak akan jalan kalau penumpangnya belum penuh. Akhirnya pukul 7.15 angkotnyapun jalan. Perjalanan menuju PGC memakan waktu 20 menit tanpa macet.

Setelah sampai di PGC aku bingung harus naik apa, "Bus Transjakarta atau PPD 43". Waktu menunjukan pukul 7.35 dan karena sudah hampir pukul 8 aku memilih naik PPD 43. Kalau naik bus Transjakarta aku takut antriannya panjang dan lama menunggunya. Temanku Martina yang sudah sampai di halte UKI mengirim SMS, ternyata dia mengantri desak-desakan dan bus Transjakartanya lama. Aku sebenarnya takut naik PPD 43 karena takut kecopetan, tapi karena waktu sudah mepet ya jadi aku terpaksa.

Bus PPD 43 pun datang lalu aku naik dan dapat tempat duduk. Saat di PGC busnya masih sepi dengan penumpang, tetapi lama kelamaan menjadi penuh sesak. Aku benar-benar merasa tidak nyaman. Kemarin aku juga menggunakan bus PPD 43 untuk mempersingkat waktu dan ternyata berhasil. Tetapi kali ini tidak, busnya jalannya lama banget dan akhirnya aku pun terlambat karena waktu sudah menunjukan pukul 8.00. Aku pasrah dan panik takut dosennya sudah mulai mengajar.

Kantor Bea Cukai pun terlihat, lalu aku berdiri dan bersiap turun karena sebentar lagi Rawamangun. Untuk turun dari bus saja susah banget dan harus berdesak-desakan. Aku mulai berjalan ke depan perlahan-lahan dan memberhentikannya beberapa kali, "kiri bang, kiri bang". Supirnya tidak mendengarnya dan keneknya juga tidak tahu hilang kemana. Lalu aku dimarahi bapak-bapak, "kalau bilang kiri ya cepetan turun dong". Aku kesal banget, itu bapak-bapak tidak sabaran banget. Sudah tahu untuk jalan sampai pintunya saja kehalingan sama orang lain.

Akhirnya aku sampai di depan pintu dengan perjuangan yang cukup keras. Tiba-tiba aku merasa ada tangan orang yang masuk ke kantong celana kananku. Saat aku periksa ternyata handphoneku hilang. Aku panik "aduh HP ku mana, HP ku dicopet. Pak tolong pak HP saya dicopet". Aku yakin pencopetnya ada di belakang kanan aku, tetapi aku tidak tahu karena banyak sekali orang berdesak-desakan di belakangku. Aku rasanya ingin menangis, tapi tidak bisa. Aku teriak-teriak beberapa kali, tetapi tidak ada satu orang pun yang peduli denganku. Mungkin karena aku masih kecil dan polos.

Aku kesal banget sama penumpangnya dan keneknya. Benar-benar tidak ada yang peduli. Si keneknya malah marah-marah tidak jelas seperti tidak mau bertanggung jawab. Dia bilang "makanya masuk ke dalam". Aku makin kesal, aku bilang saja sama keneknya "saya mau turun bang, bukan mau masuk ke dalam".
Bapak-bapak di belakang aku dari tadi cerewet banget. Dia merasa tidak mau dituduh karena aku selalu melihat ke belakang. Aku tidak mau berburuk sangka dan akhirnya akupun turun dan pasrah dengan HP yang hilang.

Aku sangat menyesal dan tidak mau naik bus PPD 43 lagi. Yang paling aneh itu HP ku bisa dicopet padahal sama sekali tidak aku keluarkan dari kantong celana. Aku bingung harus bilang apa ke orang tuaku. Aku takut dimarahi. Aku lalu berlari menuju kampus dan akhrinya sampai pukul 8.20, terlambat 20 menit. Selama kuliah berlangsung, aku tidak bisa berkonsentrasi dan masih memikirkan HP ku sampai sekarang. Aku harus bersabar dengan cobaan ini. Mungkin Allah punya jalan lain untukku. Aku juga berdoa semoga Allah memberi hidayah kepada pencopet itu dan semoga ada hikmah dibalik musibah ini.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun