"Cari apa, Bu?" tanyaku ragu masih takut disemprot.
"Uang 20.000 di saku celanaku hilang," katanya.
"Coba diingat baik-baik, barangkali lupa simpannya," kataku.
"Udah, tidak ketemu juga," katanya.
"Ibu biasanya suka lupa. Pikun!" kataku.
"Ya sudah. Ngopi, Bu? Aku buatkan," kataku lagi dengan ramah.
Istriku manggut-manggut. Aku segera berdiri menyeduhkan kopi.
"Nih," kataku.
Aku dan istriku menyeruput kopi. Di luar hujan terus melibas deras. Dinginnya terbunuh hangatnya kopi.
"Lo, kamu darimana?" tanya istriku saat melihat Dio, putra kami basah kuyup.
"Nih, Pak. Gara-gara, Bapak aku basah," katanya sambil memberikan sebungkus rokok.
Tatapan istriku tajam. Aku celingukan.
"Uang itu untuk beli lauk!" teriak istriku.