Seperti yang diungkapkan Marshal Mc Luhan tentang teknologi determinstik, teknologi dapat membentuk cara berpikir masyarakat, cara masyarakat berperilaku, kemudian kebudayaan kita dibentuk oleh bagaimana cara kita berkomunikasi. Adanya teknologi memang manusia yang menciptakannya, namun kemudian cara manusia menggunakan dan memanfaatkan teknologi tersebut akan mengubah kehidupan di sekitar teknologi tersebut.
Dewasa ini budaya kita telah sangat dipengaruhi oleh new media yang ada di tangan kita, smartphone misalnya. Adanya smartphone membuat kita sangat mudah berkomunikasi dengan teman yang nun jauh di sana dengan aplikasi-aplikasi sosial media yang disediakan. Adanya sosial media tersebut kemudian dituding-tuding menjadi penyebab sikap "autis", terutama dikalangan anak muda. Anak muda cenderung lebih suka interaksi di dunia maya yang ada di smartphone mereka ketimbang memperhatikan interaksi dan aktifitas di sekitar mereka.
Budaya masyarakat Indonesia yang dulu ramah tamah sekarang menjadi tak acuh karena orang lebih senang "bertemu" di sosial media ketimbang bersilaturahmi. Masyarakat yang dulu suka bergotong royong sekarang lebih suka menonton televisi dan bermain komputer di rumah. Realita yang sering kita lihat di sekitar bisa mengukuhkan bahwa new media benar-benar telah membentuk budaya baru di tengah masyarakat Indonesia, benar-benar telah "mendekatkan yang jauh, menjauhkan yang dekat". Namun juga tidak bisa dipungkiri bahwa hadirnya new media di tengah kita telah memudahkan proses komunikasi, menekan biaya, dan tentunya hemat waktu.