Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Sore Menegangkan di Tepian Hutan

21 November 2018   00:46 Diperbarui: 21 November 2018   00:51 269 3
Suara peluit itu masih terdengar dari sisi hutan yang gelap. Tiga tiupan pendek, tiga tiupan panjang, tiga tiupan pendek lagi. Tidak salah lagi, kode morse untuk SOS.
"Kurasa Fred butuh bantuan."
"Kalau begitu kita ke sana?" ujar Lukman setengah bertanya. Rupanya ia mendengarkanku.
"Pak Her mau menemani saya atau di sini?" kali ini aku bertanya pada supir kami. Harus ada laki-laki yang berjaga di dekat mobil.
"Saya di sini saja," jawab Pak Her.
Akhirnya aku dan Lukman berjalan ke arah suara peluit. Sebelumnya Lukman telah memberikan obat nyamuk pada Prita agar dapat dipakai oleh semua anggota tur sekalian dengan obat asma anaknya.
"Bagaimana dengan asma Kevin?" Aku bertanya pada Lukman sembari kami berjalan, "Kapan terakhir kali dia kumat dan apa pencetusnya?"
"Dia cukup jarang kumat, terakhir satu bulan yang lalu ketika ibunya bersih-bersih rumah. Pencetusnya debu," jawab Lukman.
Kami telah makin dekat pada tempat peluit berbunyi. Beruntung baterai ponsel Lukman masih 70% sehingga kami masih dapat menggunakan senternya dengan leluasa.
Kode morse SOS itu masih terdengar. Suaranya makin jelas pertanda kami semakin dekat dengan Fred atau siapapun yang minta tolong itu.
Satu semak lagi yang harus kami lewati dan ...
"Fred." Aku bersorak gembira melihat lelaki tua itu terlihat tidak kekurangan apapun. Ia sedang memegang pisang bertangkai panjang. "I thought there were something bad about you!"

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun