Negeri ini boleh saja lahir dalam gentingnya persalinan kekuasaan.
Negeri ini boleh saja dibabtis dengan darah pembantaian, perebutan kekuasaan, dan perang saudara.
Negeri ini boleh saja tumbuh dalam pergulatan untuk kembali melihat dan memahami jati diri serta hakikatnya sebagai satu bangsa dalam kebhinekaan yang seringkali terkaburkan oleh arogansi maupun fanatisme segelintir kelompok/ golongan tertentu.
Negeri ini boleh saja berkembang di tengah peliknya berbagai permasalahan sosial, politik, dan ekonomi yang menguras energi, peluh dan air mata.
Negeri ini boleh saja menjadi saksi drama dua kubu penuh kontradiksi yang dipertontonkan anak bangsanya sendiri, antara sikap apatis yang berbanding terbalik dengan tingginya libido untuk berkuasa oleh sebagian orang.
Negeri ini boleh saja membisu ketika menjadi lahan basah eksploitasi sumber daya alamnya oleh perusahaan-perusahaan asing dari negara lain.
Negeri ini boleh saja pucat pasi ketika harus berpasrah menerima bencana alam mempora-porandakan negeri ini.