"Jangan tanya apa yang bisa diberikan negara kepadamu, tetapi tanyakan apakah yang bisa engkau berikan kepada negara."
Pidato fenomenal presiden AS John F. Kennedy tersebut diejawantahkan oleh para netizen beberapa jam setelah air bah menerjang Perumahan Cingcin Permata Indah (CPI) , Desa Cingcin Kecamatan Soreang Kabupaten Soreang pada hari Minggu 18 November 2012. Mereka bertukar informasi terkini mengenai lokasi bantuan dan kebutuhan korban bencana kemudian menyebarkannya dengan cepat, efektif dan efisien melalui “kicauan” di jejaring social.
Adalah Ridwan Kamil , ketua Bandung Creative City Forum (BCCF) yang memiliki akun @ridwankamil aktif ber”kicau” pada 42.165 followersnya sehingga “kicau”annya diteruskan dan informasipun bertambah. Karena ternyata musibah banjir tidak hanya menimpa perumahan CPI tetapi juga beberapa titik lainnya seperti Ciwidey, Kamasan, Baleendah dan Dayeuhkolot Kabupaten Bandung.
Sebetulnya beberapa kali penulis bingung melihat kang Emil (sapaan warga Bandung terhadap Ridwan Kamil) yang kerap asyik meng-update status twitternya. Isinya memang selalu positif dan bermanfaat minimal menarik, tapi ya ampun……….disela sesi diskusi kang Emil masih sempat-sempatnya mengetik beberapa kalimat tentang rapat yang diikutinya.
Tetapi terbukti kegiatannya bermanfaat. Dengan berbekal kepiawaian memobilisasi, Simpul Space2, Jalan Purnawarman 70 Bandung yang kerap menjadi pusat kegiatan komunitas anak-anak muda kreatif Bandung berubah menjadi posko penerimaan bantuan uang dan barang. Tidak hanya itu Ridwan Kamil dan volunteer yang menamakan diri @Aksi Bandung merangkul sejumlah tenaga medis dan psycholog yang bekerja sukarela termasuk para relawan yang datang dari berbagai kota di Indonesia.
Bagaimana caranya agar barang-barang yang dibutuhkan seperti obat-obatan, baju layak pakai , makanan siap santap dapat dikirim oleh para relawan menuju lokasi bencana? Kicauan jejaring sosial ternyata mendapat tanggapan dari anggota Land Rover Club Bandung (LRCB). Kendaraan Land Rover memang dibutuhkan dalam situasi dimana jalan yang harus dilalui bukanlah jalan mulus bak jalan tol. Padahal ada korban yang harus segera diselamatkan dan barang-barang yang harus segera disampaikan.
Banjir dan tanah longsor yang mengakibatkan dua korban masih tertimbun di RW 14 Kampung Sungapan, Desa Sadu Soreang – Ciwidey dimana 912 jiwa tinggal di lokasi tersebut. Kemudian tercatat 700 jiwa dan 265 rumah rusak berat di daerah Kutawaringin dan beberapa titik lainnya (data Wahana Lingkungan Hidup-Walhi), bukanlah tugas mudah untuk diselesaikan para sukarelawan tersebut.
Ini hanya aksi singkat yang harus dilakukan karena tidak mungkin menunggu aksi para birokrat yang bersikukuh melalui beberapa “meja” dan menunggu diterbitkannya surat keputusan. Aksi ini adalah aksi kepedulian tanpa memandang siapa dan apa jabatannya.
Ada personil grup metal yang memilih turun langsung ke lapangan , ada volunteer dari luar kota yang tergerak untuk datang dan menolong. Ada tenaga professional yang sigap bergabung, ada yang harus menerima, menyiapkan barang dan mendistribusikannya. Bahkan ada yang merelakan waktu tidurnya untuk menunggu posko. Semuanya beraksi begitu mendengar saudara sebangsanya mengalami musibah. Tanpa pamrih apalagi mengejar penghargaan.
Tatkala Jum’at malam , 23 November 2012, posko Aksi Bandung jalan Purnawarman 70 Bandung ditutup karena barang telah didistribusikan semuanya bukan berarti posko ini berhenti berdetak untuk selamanya. Aksi kepedulian tidak pernah terlelap, ia hanya bergulir mengetuk pintu hati yang satu menuju pintu berikutnya. Menjadi saksi bisu, apakah si pemegang gadget memilih meringkuk dalam selimut atau turut serta beraksi sesuai kemampuannya.
**Maria Hardayanto**