Jum’at petang, 15 Juni 2012. Ditengah kesibukan dan kepanikan liputan diversifikasi pangan bersama TVRI tiba-tiba ponsel bordering. Panik karena sebentar lagi sinar matahari meredup dan acara masak memasak yang diadakan di bantaran sungai tak mungkin dapat diliput dengan baik. Tapi bunyi ponsel tak mungkin diabaikan, sehingga terpaksa saya angkat.
Ternyata dari kurir,
“Maaf bu, saya dari JNE. Ada paket untuk ibu Maria. Tapi dari tadi ketok-ketok rumah ibu kok nggak ada orang nih bu”
“Wow, akhirnya sepeda dikirim oleh panitia lomba Women Fiesta”, batinku gembira.
“Ada anak saya kok pak, tapi kalaupun nggak ada yang buka. Silakan bapak titipkan paket ke tetangga kiri dan kanan pak. Karena sekarang saya tidak mungkin berlari pulang”.
Tidak lama kemudian notification ponsel berbunyi menandakan adanya sms:
“Bu, paket saya titipkan ke tetangga nomor 11”
“Oh, Ok haturnuhun”, dan sayapun meneruskan tugas hingga selesai.
Hingga keesokkan harinya saya tidak sempat mengambil paket karena selain badan sudah capai karena berhari-hari liputan diversifikasi pangan dan menemani rekan disabilitas juga karena tetangga di perumahan memang “dekat tapi jauh”. Terhalang tembok tinggi. Mengetok rumahnya terkadang membutuhkan waktu sejam, terkadang hanya 5 menit. Sehingga saya memutuskan akan mengambilnya besok sepulang dari YCPA di Djakarta Theatre 16 Juni 2012.
Ketika akhirnya Minggu pagi 17 Juni 2012, tetangga nomor 11 berbaik hati untuk membawakan paket ternyata isinya adalah:
Lah sepedanya mana?
Jawaban baru saya temui ketika ngobrol lewat japri bersama Anakebusri dan pak Sutarno yang sama-sama memenangkan Lomba Ngeblog Kompasiana Women Fiesta
Rangkuman dari Anakebusri:
Dari bapak Sutarno:
Dan menelisik persyaratan pengambilan hadiah:
Bukankah seharusnya sudah diperhitungkan oleh panitia lomba bahwa ada kemungkinan pemenang kesulitan mengambil hadiahnya. Tidak sekedar jauh tapi juga berat. Pemenang sekarangpun kebingungan: Anakebusri dari Kebumen, pak Sutarno dari Jawa Tengah dan saya dari Bandung.
Bagaimana apabila pemenangnya berasal dari Papua? Apakah dia harus datang ke Jakarta hanya untuk mengambil hadiah? Untuk diwakilkanpun harus ada surat kuasa bermaterai. Mengapa tidak mengambil cara praktis yaitu mengirimkan sepeda sesudah pemenang mengirimkan ongkos pengiriman? Lebih praktis dan efisien.
Ataupanitia lomba memang senang yang ribet-ribet? Atau.......................
Bagaimanapun terimakasih sudah memilih saya sebagai salah seorang pemenang, tapi saya kesulitan mengambilnya karena sakit batuk parah sepulang dari Jakarta.
Ada usul?
**Maria Hardayanto**