16 Januari 2012 14:55Diperbarui: 4 April 2017 18:198500
Pohon. Entah ide aneh siapa untuk mempercantik area sekeliling akar pohon dengan paving stones. Ibarat bonsai yang ditanam pada pot kecil, itulah yang terjadi pada pohon tersebut. Perbedaannya bonsai dirawat dengan memangkasnya pada waktu-waktu tertentu sedangkan pohon dipinggir jalan dibiarkan tumbuh membesar tapi "dicekik" akar dan batang pohonnya. Membongkar paving stonesnya sekarangpun akan percuma, karena si pohon terlanjur invalid. Sebaiknya laporkan pada Dinas Pertamanan untuk memangkas habis dahan. Karena toh nanti akan tumbuh pucuk baru. Apabila tidak, berarti pohon tersebut sakit dan lebih baik ditebang habis daripada si pohon sakit berkepanjangan atau bahkan lebih apes: tumbang menimpa pengguna jalan.
Pernah memergoki pohon yang menjadi area bakar sampah di bagian akarnya? Hanya mahluk tak bernyawa yang diasapi hingga menjadi bandeng asap atau dendeng asap. Apabila mahluk hidup diasapi dan dibakar terus menerus disalah satu bagian badannya, ia akan setengah hidup. Tampak luar mungkin indah atau perkasa, tapi merana didalamnya. Si pohon sudah tidak sehat. Dinas Pertamanan harus memangkasnya daripada si pohon tiba-tiba tumbang mengenai orang tak bersalah yang naas karena kebetulan melewati pohon tersebut.
Pohon-pohon yang dipasangi paku hampir di sepanjang tahun sebaiknya juga dipangkas. Paku hanya layak ditancapkan pada tembok atau benda mati lainnya. Tapi tidak pada pohon yang diharapkan hidup sehat dan menyuplai oksigen bagi manusia.
Billboard dan papan reklame seharusnya dipasang dengan ukuran tertentu dan minimal menggunakan 2 tiang pancang. Tapi berhubung "demi keindahan", banyak papan reklame menggunakan 1 tiang pancang. Papan reklame tersebut sebaiknya kita laporkan karena keberadaannya sangat riskan. Pemerintah kota memang harus memilih: kehilangan pendapatan ratusan milyar dari pajak reklame atau gugatan warga kota yang luka/meninggal tertimpa papan reklame.
Gotong royong membersihkan selokan. Sudah lama keguyuban warga kota hilang. Kerja bakti dalam bentuk Jumsih (Jum'at Bersih) hampir terlupakan. Padahal kita tidak bisa mengandalkan pemeliharaan lingkungan pada siapapun kecuali diri kita. Jadi apa salahnya mengajak Ketua Rukun Tetangga (RT) mengadakan kerjabakti membersihkan sampah di saluran air dan tanah-tanah kosong? Akan ada banyak hasil yang didapat. Mulai dari silaturahmi dengan tetangga yang jarang bertemu karena kesibukan masing-masing, berkenalan dengan tetangga baru hingga secara tidak langsung membuat malu orang-orang yang sering membuang sampah sembarangan.
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.