Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Artikel Utama

Musik Karinding, Cincin Syahrini Hingga Penderita Gangguan Jiwa di Braga Festival 2011

26 September 2011   05:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:36 696 4
Minggu tanggal 25 September 2011, Bandung berusia 201 tahun. Bukan usia muda apabila tidak mau dikatakan sudah uzur. Tapi masih childish, terbukti ketidakakuran acap mewarnai kisah kebijakan pemerintah kota Bandung dengan pemerintah provinsi Jabar. Salah satu contohnya adalah Braga Festival yang digagas almarhum Wawan Juanda seharusnya menjadi icon Bandung tetapi justru diapresiasi pemerintah provinsi Jawa Barat sebelum akhirnya dibagi dua dalam satu sinergi. Hari Ulang Tahun pemerintah kota Bandung tahun inipun dimeriahkan dengan diselenggarakannya Braga Festival. Dan cukup sukses! Bertemakan "Balik Bandung", panitia Braga Festival, Forum Estetika Kota berhasil mengajak balik ka lembur dengan menampilkan Bandung sebagai kota budaya yang memiliki beragam ekpresi seni, musik , gaya hidup, kuliner hingga mode busana. Untuk menunjukkan kekhasannya, Braga Festival dibuka oleh Walikota Bandung, Dada Rosada pada Jumat, 23 September 2011  di tengah-tengah sawah yang bulir padinya mulai menguning. Sawah tersebut  dibentuk di depan bangunan eks Sarinah lengkap dengan bebegig (orang-orangan sawah) dan saungnya. Di dalam saung, kelompok Tarawangsa dari Rancakalong Sumedang memainkan alat musik tradisional Sunda seperti kecapi  dari saung tersebut lengkap kemenyan yang dibakar seolah menggambarkan ritual panen padi tempo dulu. Selain kelompok Tarawangsa, pengunjung juga dihibur alunan musik karinding yang tidak hanya menampilkan lagu tradisonal tetapi juga lagu "Insya Allah"nya Maher Zain. Sungguh mempesona, menunjukkan ajang adu kreativitas, karena tidak jauh dari sana sekelompok pemuda memainkan alat musik perkusi sehingga sepanjang jalan Braga terasa hidup. Mengingatkan akar budaya tanpa meninggalkan kekinian. Tidak hanya hiburan, jajanan dan mainan tempo dulupun ada, seperti gulali, arummanis(jajanan) dan gasing (mainan). Pengunjung juga terpuaskan dengan adanya jejeran kios batik beraneka ragam dan corak karena sejatinya suku Sunda kaya dengan khasanah batik. Mulai batik tradisonal hingga kontemporer. Tak ketinggalan accessories batik dan accessories yang terbuat dari biji dan buah kering melengkapi area tersebut.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun