Mohon tunggu...
KOMENTAR
Nature

Betulkah Hok-Ben Akan Menjadi Pelopor Kemasan Ramah Lingkungan?

5 April 2011   15:31 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:06 2448 2
  • Apabila polystyren masih digunakan sebagai bahan utama kemasannya, maka resiko makanan terkontaminasi tetap ada (sesuai uraian diatas). Karena zat campuran zat aditif untuk penghancur plastik hanya berkisar 2-3 %, tergantung kesepakatan produsen dan konsumen yang berimbas pada harga kemasan.
  • Tidak semua bekas kemasan berakhir ke TPA. Sebagai contoh, dari total volume sampah Kota Bandung sebanyak 7.500 m3 hanya terangkut ke TPA sebanyak 1.500 m3. Karena armada yang dimiliki PD Kebersihan Kota Bandung hanya semampu itu. Apakah kota-kota besar lain di Indonesia mampu mengangkut semua sampah ke TPA? Indikatornya mudah : Apakah sungai yang mengalir di kota tersebut sudah bebas dari sampah ? Apakah sudah tidak ada lagi orang yang membakar sampah di kota tersebut ? Kalau jawabannya : masih ada, berarti kita tidak usah repot bertanya pada Mr Google, karena data yang diberikan PD Kebersihan biasanya tidak akurat. Sisa sampah styrofoam lainnya akan menyumbat sungai, selokan dan mengakibatkan banjir mengingat styrofoam tidak dapat hancur di alam. Penghancuran styrofoam hanya mengakibatkan serpihan-serpihan kecil tetapi keberadaannya tetap ada. (Si Styrofoam yang tetap eksis ^_^).
  • Hingga kini belum ada teknologi pendaur ulang Polystyrene menjadi biji Polystyrene. Keberadaannya tidak hanya sulit terdegradasi tapi hanya dapat hancur dengan cara dibakar. Sedangkan pembakaran polystrene berpotensi menyebarkan racun styrene ke mahluk hidup apapun yang menghirupnya.
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun