Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Wajah Bandung yang Cantik, Ternyata Berlubang Didalamnya

18 Januari 2011   17:39 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:26 725 1

Setiap kita memasuki kota Bandung dari arah barat, pastilah di sambut “teras pekarangan” kota Bandung yang dinamai Jembatan Pasupati. Jembatan ini menghubungkan jalan Terusan Pasteur (Dr junjunan) dan jalan Surapati, hingga dinamakan Jembatan Pasupati.

Jembatan sepanjang 2,8 km dan lebar 30-60 meter ini dibangun dengan menggunakan konstruksi cable-stayed dengan tujuan mengatasi masalah kemacetan Bandung Utara.

Jembatan tersebut diuji coba pada tanggal 26 juni 2005 dan diresmikan pada tanggal 11 Juli 2005 , tapi sayang diakhir tahun 2010 renggang 20 cm , apa pasal ?

Kemacetan yang diiakibatkan pasar kaget Gasibu, lah yang dituding menjadi biang keroknya. Pasar kaget yang berlangsung setiap Minggu pagi tersebut berhadapan langsung dengan aliran kendaraan dari arah barat dan sayangnya atau sialnya, sebelah utara jembatan Pasupati adalah jalan Dago yang menjadi area Dago Car Free Day di setiap Minggu pagi juga.

Bisa dibayangkan kekacauan yang terjadi akibat kebijaksanaan tumpah tindih mengakibatkan banyak kendaraan tertahan lama di jembatan Gasibu dan rengganglah sambungan jembatan Pasupati

Sebetulnya apa yang terjadi sehingga pendatang dari arah barat disuguhi pasar kaget yang pastinya liar dan tak berijin?

Lapangan Gasibu yang berlokasi diantara jalan Surapati dan jalan Diponegoro, depan Gedung Sate dan Monumen Perjuangan Rakyat Jawa Barat mempunyai luas sekitar 18.000 m2. Merupakan milik Pemerintah Provinsi Jawa barat karenanya termasuk dalam kompleks perencanaan pembangunan. Pada jaman Belanda lapangan ini dinamakan Wihelmina Plein. Tetapi masyarakat lebih mengenalnya dengan lapangan Gasibu, mungkin karena terdapat gazeebo di sisi utara dan selatan. Walau sekarang gazeebo yang tersisa hanya di sebelah utara. Lapangan ini sempat berganti nama menjadi lapangan Diponegoro seiring bergantinya nama jalan di depan Gedung Sate yang dulu bernama Wilhelminaboulevard.

Tapi ada versi lain, nama Gasibu merupakan kependekan dari Gabungan Sepak Bola Indonesia Bandung Utara. Karena pada tahun 1955, klub-klub sepak bola masyarakat Bandung Utara meminta ijin untuk menggunakan lapangan Diponegoro yang kala itu masih berupa semak belukar untuk menjadi tempat latihan dan menggelar pertandingan.

Sebagai ruang terbuka yang letaknya strategis, lapangan Gasibu digunakan untuk berbagai aktivitas : upacara kenegaraan, perayaan hari keagamaan, pameran-pameran yang rutin diselenggarakan oleh pemerintah hingga pertunjukan musik.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun