Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Akhlak yang Harus Dimiliki pada Seorang Da'i

27 Mei 2024   19:36 Diperbarui: 27 Mei 2024   19:36 98 1
Akhlak Seorang Dai
Oleh: Syamsul Yakin dan Mariah Afifa Rahmah
Dosen dan Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Akhlak adalah reaksi spontan. Akhlak seorang dai adalah reaksi spontan terhadap mad'u. Mad'u memiliki beragam perilaku. Ada yang menyenangkan, ada yang sibuk dengan dirinya sendiri, dan ada pula yang menguji kesabaran seorang dai.

Namun, Allah memastikan bahwa seorang dai dapat bersikap lembut saat berhadapan dengan mad'u, apa pun keadaannya. Allah menegaskan, "Maka berkat rahmat dari Allah kamu menjadi lemah lembut kepada mereka" (QS. Ali Imran/3: 159).

Dalam sejarah dakwah Nabi, ayat ini merupakan jaminan Allah kepada Nabi bahwa apa pun respons mad'u terhadap beliau, Allah akan melembutkan hati beliau. Hal ini tentu juga berlaku bagi para dai saat ini.

Sejarah mencatat bahwa Nabi selalu bersikap lunak terhadap orang-orang kafir Mekah. Nabi melihat mad'u sebagai objek dakwah dan saudara sesama manusia yang perlu diarahkan kembali ke jalan kebenaran. Tak peduli seberat apapun pelanggaran yang mereka lakukan, termasuk upaya boikot, Nabi tetap memperlakukan mereka dengan kelembutan.

Di Mekah, Nabi mengalami boikot ekonomi. Mereka mengumumkan agar apa pun yang Nabi beli tidak dijual, dan apa pun yang Nabi jual tidak dibeli. Padahal, perdagangan adalah mata pencaharian utama masyarakat di sana, dan Mekah adalah kota yang berorientasi pada perdagangan.

Sebagai seorang dai, Nabi menghadapi situasi tersebut dengan akhlak mulia. Allah berpesan, "Dan sekiranya kamu bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka akan menjauh dari sekelilingmu. Maka maafkanlah mereka" (QS. Ali Imran/3: 159).

Dari sini, kita dapat memahami dua akhlak seorang dai berdasarkan petunjuk al-Qur'an, yaitu lemah lembut dan pemaaf. Mengenai sikap pemaaf, Allah berjanji, "Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang setimpal, tetapi barang siapa memaafkan dan berbuat baik (kepada orang yang berbuat jahat), maka pahalanya dari Allah. Sungguh, Dia tidak menyukai orang-orang zalim" (QS. al-Syura/42: 40).

Akhlak lain yang harus dimiliki oleh seorang dai adalah memohonkan ampunan bagi mad'u yang telah melakukan dosa berat kepada Allah. Ini dijelaskan dalam potongan ayat, "Mohonkanlah ampunan bagi mereka" (QS. Ali Imran/3: 159).

Saat berdakwah di masyarakat Thaif, Nabi Muhammad saw. diperlakukan secara zalim oleh mereka. Melihat hal itu, malaikat berkata, "Hai Muhammad, jika kamu mau, aku bisa menimpakan al-Akhsyabain (dua gunung besar yang ada di kiri dan Masjidil Haram)." Rasulullah menjawab, "Tidak, namun aku berharap supaya Allah melahirkan dari anak keturunan mereka ada orang-orang yang beribadah kepada Allah semata, tidak mempersekutukan-Nya dengan apapun" (HR. Bukhari).

Akhlak penting lainnya bagi seorang dai adalah bersedia untuk bermusyawarah bersama mad'u. Allah mengajarkan, "Dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu" (QS. Ali Imran/3: 159).

Sebagai seorang juru dakwah, sejarah menunjukkan bahwa Nabi Muhammad saw. mengajak para sahabat bermusyawarah saat Perang Uhud. Saat itu, ada dua pendapat: tetap berada di Madinah atau keluar menyambut musuh di luar Madinah. Mayoritas sahabat mengusulkan agar berangkat menghadang musuh. Nabi kemudian memutuskan untuk bersama pasukannya keluar Madinah.

Dari semua yang telah disebutkan tentang akhlak seorang dai, yang penting juga adalah tawakal. Allah berpesan, "Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya" (QS. Ali Imran/3: 159).

Kalau diperinci berdasarkan surah Ali Imran ayat 159, akhlak yang harus dimiliki oleh seorang dai adalah kelembutan, kesediaan untuk memberi maaf, memohonkan ampunan, bermusyawarah, dan tawakal kepada Allah.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun